Tuesday 26 May 2015

Dear My Lovely Husband

Aku nggak pandai merangkai kata untuk menunjukkan betapa berartinya hadirmu bagiku. Tapi aku yakin tanpa kata-kata itu pun kamu bisa merasakannya dari sikapku.
Setiap kali mengingat kembali bagaimana kita bertemu selalu membuatku senyum sendiri. Bagaimana aku berhasil mengerjainmu dikopi darat pertama kita. Kamu harus mencariku di tengah hiruk pikuk orang yang mengantar anaknya atau ponakkan  ikut lomba berhitung.
Ponsel tak lepas dari  tanganmu, yang aku tahu ponsel itu terus mencoba menghubungi nomor hapeku. Dan aku hanya senyum penuh kemenangan memperhatikanmu dari kejauhan sambil menutupi wajahku dengan sebuah buku jangan sampai ketahuan aku disitu. Kamu datang menempati janjimu bertemu denganku.
Ada rona kesal diwajahmu karena ulahku saat itu. Kau alihkan kesalmu dengan menghirup sebatang rokok. Tak kau perdulikan rasa tak sukaku pada aroma dan asap rokokmu. Masih dihari yang sama  pertama kali kita bertemu kau  langsung meminta aku jadi pacarmu, aku tolak tawaranmu dengan jawaban.
“Aku nggak mau jadi pacarmu, aku maunya jadi istrimu.” Biasanya lelaki akan mundur teratur  jika kutantang begitu, tapi kamu beda, kamu langsung menyanggupi dengan syarat asal ibumu setuju.
Masih di hari yang sama di pertemuan pertama kita. Kau mencoba mentraktirku makan di tempat sederhana. Dan aku menghabiskan semua makanannya bahkan minta tambahan menu yang lain. Biasanya laki-laki akan mundur teratur jika bertemu perempuan yang makannya rakus seperti itu. Tapi kau tak mengeluh malah menatapku prihatin dan bertanya “Apa aku cacingan, badan kecilku bisa menghabiskan semuanya.”
Aku hanya senyum. Malah kuminta biodatamu, buat jaga-jaga kalau ditanya orang rumah, aku kemana. (Membayangkan pertemuan pertama kita selalu membuatku tersenyum, bagaimana tak habis aku mengerjaimu dan kau begitu sabar menghadapi semua tingkahku).
Hanya hitungan minggu  pertemuan dua keluarga terjadi, semua lancar walau tak terencana, mungkin ini namanya jodoh segala dimudahkan urusannya.
Kau bahkan tak menyerah ketika kuberitahu aku penyakitan, bahkan berusaha mencari obat penyembuh. Selalu mengingatkan makan dan minum teratur.  Bahkan kau berhenti merokok demi biar aku sehat, kita sehat.Bagiku hadirmu seperti jawaban doaku.
Di sampingmu aku bisa menjadi diriku sendiri, terima kasih karena menerimaku apa adanya.



4 comments:

  1. itulah pengorbanan utk sebuah cinta :) semoga langgeng terus ya... Aamiin.

    ReplyDelete
  2. Cie...cie....cinta memang segalanya ya...
    Semoga selalu bersama selamanya ya.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah Berkunjung. Please tinggalkan jejak biar kenal

ASUS ROG Phone 8 Gaming Phones Premium

    Dulu , ada empat kriteria utama yang aku terapkan jika memilih smartphone. Jepretan hasil   kameranya harus bagus, baterainya tahan l...