Wednesday, 22 April 2015

#Berani Lebih Mandiri ketika Suami Pergi.

Hidup itu penuh dengan pilihan. Terkadang kita harus memilih untuk mengambil pilihan yang sulit demi masa depan yang lebih baik. Walau  sudah menimbang semua baik dan buruknya, ternyata menjalaninya tak semudah membalikkan telapak tangan.
Setidaknya itulah yang kurasakan ketika kami memutuskan menjalani  Long Distance Marriage selama setahun. Tiga bulan pertama sejak kepergian suami ke Jepang, merupakan masa tersulit bagiku karena segala  sesuatu yang biasa dijalani  dan ditanggung bersama-sama. Tiba-tiba semua menjadi tanggung jawabku sendiri.
Menjadi single parents selama setahun itu ternyata sangat tidak mudah apalagi dengan buah hati yang masih kecil saat itu Vinka(3 tahun) dan Shidiq(1 tahun). Mereka seolah sudah mengerti dan merasakan juga apa yang orang tuanya rasakan atau lebih tepatnya yang aku rasakan.
Setiap malam Vinka selalu bertanya kapan papa pulang? Di siang hari Vinka akan histeris jika dilihatnya mamanya nggak ada di sisi, meski itu hanya ke kamar mandi.
Shidiq juga selalu ingin dekat aku seolah takut kehilangan mamanya juga. Shidiq juga merasakan kehilangan papanya. Setiap ada acara keluarga dia selalu ingin digedong oleh om, paman, kakeknya  dibanding sama nenek, tante, dan bibinya. Bahkan yang lebih parah, Shidiq juga minta gendong dan langsung minta  ikut sama orang dewasa lelaki yang baru pertama dilihatnya seperti tukang pos or paket.
Memang kami bertiga sangat merasa kehilangan sosok papanya. Papanya yang selalu membereskan masalah pembayaran ini itu, mulai pembayaran kredit, rekening listrik, rekening telepon hingga beli pulsa. Papa Vinka yang selalu siaga mengantar kami pergi jalan-jalan di kala weekend tiba. Papa Vinka yang selalu belanja kebutuhan kami sementara aku hanya perlu memberi list belanjaan saja.
****
Depresi melandaku dan secara tidak langsung juga berpengaruh pada anak-anak. Ternyata kenyamanan yang selalu papa Vinka berikan, malah jadi bomerang bagiku. Aku nggak siap menganti posisinya sebagai kepala keluarga dan juga ayah. Aku nggak siap dengan semua kerepotan yang harus dijalani.


Seharusnya dari dulu aku #Berani lebih mandiri di berbagai sisi kehidupan kami. Karena  seorang istri yang cekatan, cerdas akan mudah mengantisipasi segala kemungkinan buruk yang terjadi. Bahkan dalam segi ekonomi.
Seorang istri meski dia hanya di rumah, sebisa mungkin harus bisa mempunyai penghasilan sendiri dan itu yang sedang coba kukembangkan sekarang. Mengali potensi diri untuk lebih berarti, menghasilkan dan cerdas.
Alhamdulillah LDR selesai kami jalani dan banyak pelajaran bisa kami petik. Betapa sangat penting seorang istri #Berani lebih mandiri  ketika suami pergi. Sehingga dia lebih siaga mengantisipasi kemungkinan buruk yang mungkin terjadi dan lebih tanggap mengambil peran dan tanggung jawab suami sebagai kepala keluarga dan ayah bagi anak-anak tentunya.

Thursday, 2 April 2015

FLp Aceh dan Mimpi Besarku


Jujur aja, dari dulu aku jarang banget punya foto selfie. Bukan karena aku nggak pede, tapi lebih karena fasilitasnya yang nggak ada. Dulu hape yang kupunya hanya bisa sms dan telepon  aja, itu pun terpaksa  hapenya diganti karena hapenya kena tsunami dan pengantinya pun tetep bukan hape kamera. Padahal ingin banget punya hape yang oke untuk selfie seperti hape dari smartfren, tapi apa boleh buat kebutuhan hidup harus lebih diutamakan dari kebutuhan selfie he...3x.
Sejak menikah aku belajar membangun mimpi seperti yang suamiku lakukan. Dia selalu bermimpi untuk bisa pergi ke luar negeri, dan pada tahun 2013 akhirnya mimpinya terwujud. Dia mendapat training mengenai rekontruksi dari pemerintahan kota Banda Aceh yang bekerja sama dengan pemerintah Jepang selama setahun di Jepang, sayangnya  trainingnya nggak boleh bawa keluarga.
Mimpiku nggak muluk-muluk, aku hanya ingin tetap mempunyai penghasilan sendiri meski pun, aku hanya di rumah. Dengan punya penghasilan sendiri, rasanya lebih dihargai aja, sama orang-orang. Berbagai cara kulakukan untuk menghasilkan  uang, mulai belajar program desain seperti corel draw, 3d max, adobe, hingga jualan keripik dan gantungan kunci dari bahan panel kulakoni. Tapi, semua nggak bertahan lama.
Beberapa program yang kupelajari secara otodidak

Belajar program desain itu memang menyenangkan, saking asyiknya otak-atik program sampai urusan rumah sedikit terabaikan, padahal prioritas utamaku adalah keluarga. Ini malah kebalik otak-atik program dan desain yang utama, keluarga yang kedua makanya aku berhenti untuk sementara otak-atik program dan terima request gambar bikin rumah, sampai anakku lebih besar dan tak begitu memerlukan banyak perhatian.
Usahaku yang kedua jualan makanan, aku bikin keripik pisang yang kemudian kutitipkan di warung-warung. Tapi usaha ini juga nggak bertahan lama, karena sudah banyak orang yang menjual produk yang sama dan juga hasilnya tak seberapa dibanding waktu yang terbuang untuk mengerjakannya, belum lagi kesulitan menghilangkan getah pisang yang nempel di tangan. Jadi aku berhenti juga  dengan usaha ini.
Akhirnya aku mencoba membuat gantungan kunci dari kain panel. Dengan modal sedikit tapi bisa menghasilkan banyak. Ini juga hanya bertahan lama karena perasaan mataku jadi cepat lelah, belum lagi pas lagi jahit direcokin sama Shidiq dan Vinka.
Suamiku bilang kenapa nggak nulis aja. Lihat JK.Rowling dia sebenarnya hanya ibu rumah tangga biasa, hobinya nulis bikin dia terkenal dan banyak uang, dia juga diundang ke acara-acara hebat.  Rasanya aku bisa jadi penulis. Toh, dulu waktu masih kerja selain gambar aku juga menulis. Dan kebetulan di timeline FB ku ada yang memposting penerimaan anggota FLP Aceh salah satu syaratnya harus membuat tulisan, bisa cerpen, opini, dst.
Wuih, langsung semangatku bangkit. Aku yang udah jarang nulis, mulai nulis lagi. Sebuah cerpen akhirnya selesai juga setelah seminggu nyicil nulisnya. Tahapan seleksi dilanjutkan dengan tes menulis dan wawancara.  Dan alhamdulillah aku lulus seleksi dan diwajibkan mengikuti tahapan selanjutnya.
Namaku no.29

Berbagai persiapan, aku lakukan untuk mengikuti inagurasi anggota baru flp, termasuk nyiapin  si bungsu Shidiq selama aku pergi.  Tapi, begitu hari H, entah kenapa Vinka dan Shidiq sakit demam bersamaan, seolah nggak ngerestuin emaknya pergi.
Jadi acara nginap bareng anggota FLP baru lainnya batal,  dan tragisnya acara lainnya yang dibuat FLP juga aku nggak bisa datang. Suamiku pergi ke Jepang di bulan Maret dan Vinka jadi suka nangis histeris kalau misalnya dia lihat aku nggak ada walaupun itu hanya sebentar saja. Perubahan sikap Vinka setelah suami pergi merubah semua rencana yang sudah kubuat.
Sedih udah pasti, semua yang kurencanakan gagal. Rasa bersalah juga menghantui, karena ada 105 orang yang belum berkesempatan mengikuti inagurasi. Kalau aku nggak ikutkan setidaknya berkurang  satu orang jadi 104 orang yang belum berkesempatan mengikuti inagurasi.
Rasanya ingin kukubur saja mimpi jadi penulis,  karena hari-hari tanpa smartfren my lovely husband terasa sangat berat dan berjalan pelan. Malam-malam bergadang, karena Vinka masih tahap training toilet dan Shidiq masih asi. Berat badan juga sempat turun jadi 38 kg.
Tapi semua berubah ketika di timeline FB, Asma Nadia salah satu penulis favoritku menulis kalau ingin menulis gratis, bergabung dengan KBM yang diasuh oleh Pak Isa Alamsyah(suaminya) dan Agung Pribadi. Wah, baca tulisan itu rasanya seperti dapat minuman segar di panas terik. Hari-hari begadang lebih bermanfaat sejak gabung KBM. Dan mimpi besarku yang asalnya hanya ingin menghasilkan uang dari rumah kini berganti. Aku  ingin jadi penulis, karena menulis membuatku merasa tenang.
Sejak gabung KBM, aku jadi punya banyak kenalan baru di dunia maya  dengan minat yang sama dan cita-cita yang sama. Mereka selalu memberi masukan  positif  dan energi baru biar mimpi jadi penulis nggak sekadar mimpi belaka.



Jangan perhatiin mataku tapi perhatiin latarnya he..3x
Setelah dua tahun bertahan dengan hobi menulisku. Akhirnya aku punya kesempatan juga untuk ikut acara yang diadakan oleh FLP Aceh. Dan berhasil selfie dengan background, Bunda Helvy Tiana Rosa lagi tanda tangan buku. Memang foto selfie ini nggak sekeren foto selfie orang lain.
Kelihatankan muka tegangku? maklum udah sekian tahun nggak pernah selfie, dan sekali-sekalinya selfie di tengah banyak orang dan selfienya juga bukan pake hape sendiri. Tapi pake hape suami, kami tukeran hape, spesial  untuk acara ini (maksa banget yaa).
Dengan  foto bareng dengan penulis hebat aku berharap kehebatan mereka bisa menular padaku. Aku nggak tahu kapan mimpiku akan menjadi nyata, tapi aku yakin selama aku merawat mimpi itu, suatu hari nanti mimpiku akan jadi nyata. Semoga suatu hari nanti aku bisa nulis sekeren Helvy Tiana Rosa dan penulis hebat lainnya.
Bersama pak Edi Sutarto penulis buku pemimpin cinta
Bersama Helvy Tiana Rosa
 
http://www.smartfren.com/ina/home/

Main Game Lebih Seru dengan Promo Spesial Top Up di BRImo

  “Jika anak anda suka bermain game, jangan dulu dimarahi. Selama aktivitas yang dilakukan belum berlebihan dan penuh pengawasan, bermain ga...