Wednesday 28 August 2013

Pengalaman Kerja Pertamaku


Setelah selesai kuliah, Alhamdulillah aku diterima disalah satu NGO sebagai junior planner, yang tugasnya bekerjasama dengan fasilitator desa, koordinator wilayah, membuat buku rencana tata ruang desa dan master plan desa.
Perbedaan buku rencana tata ruang desa dan master plan desa yang  kami buat dengan buku rencana tata ruang desa dan masterplan desa yang ada, biasanya sebuah masterplan itu dari pusat(pemerintah) yang baru disebarluaskan ke bawah, sedangkan masterplan kami, dari bawah(masyarakat) diberikan ke atas(pemerintah) atau siapa saja yang membutuhkan data guna percepatan pembangunan yang ada didesa.
Sangat menarik sekali bisa  terlibat  dalam pembuatan buku tata ruang desa tersebut,  kesempatan yang sangat langkah, berkerja sambil beramal, membangun desa yang telah diluluh lantakkan oleh tsunami, menggumpulkan inspirasi  langsung dari masyarakat desa itu, bagaimana desa  tersebut ingin dikembangkan, mendata sarana dan prasarana apa saja yang sudah ada dan belum ada di desa tersebut.
Tak jarang dalam mendapat data tersebut kami harus menetap di desa tersebut, sehingga didapat data yang lebih akurat, dengan mensurveynya dengan keadaan dilapangan, menyamakan  persil tanah yang didapat dari BPN dan juga didata oleh tim kami, kemudian membuat rencana tata  ruang desa tersebut berdasarkan  aspirasi masyarakatnya disesuaikan dengan rencana tata ruang wilayah di desa tersebut.
Setelah selesai membuat masterplan desa,  kami menggumpulkan warga desa guna melakukan musyawarah desa (musdes), guna mendata apakah sudah benar masterplan? desa yang kami buat, apakah sudah benar data yang kami miliki? dimusdes ini semua warga dilibatkan bahkan perempuan(ibu rumah tangga), karena yang lebih sering menetap didesa/rumah, tentu saja para istri. Tak jarang musdes ini dilakukan dimalam hari selepas shalat Isya, tergantung waktu yang warga desa miliki untuk berkumpul.
Apabila masterplan desa yang kami buat terdapat kekurangan kami merevisinya sehingga benar kemudian  kami lanjutkan dengan menyusun buku tata ruang desa, dan memperbanyaknya sehingga apabila ada pihak NGO, atau pihak lain  yang ingin membantu membangun desa tersebut, mereka  tidak perlu repot-repot lagi untuk survey lapangan, sehingga pembangunan di desa tersebut lebih cepat terlaksana.
Memang benar kalau menulis itu membuat kita abadi, apalagi kalo yang dituliskan bisa terwujud jadi nyata. Tak terasa sekarang sudah 9 tahun sejak aku  dan timku membuat buku rencana tata ruang desa tersebut, walaupun tak dituliskan nama kami dibuku tersebut. Apalah arti sebuah nama dibandingkan dengan kepuasaan melihat  pembangunan desa yang sesuai dengan masterplan desa yang kami buat,  kantor kepala desa, balai musyawarah dan jalan yang menghubungkan pantai dengan  pemukiman penduduk, sungguh kebanggaan tersendiri buatku.
Dan memang benar segala sesuatu diniatkan untuk kebaikan, Insya Allah akan menghasilkan yang baik pula. Tak ada yang tak mungkin bila kita lakukan bersama-sama, dan segala sesuatu yang mudah terkadang berasal dari hal yang sulit, bisa karena biasa.  (Kenangan di Desa Ruyung Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar)


No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah Berkunjung. Please tinggalkan jejak biar kenal

ASUS ROG Phone 8 Gaming Phones Premium

    Dulu , ada empat kriteria utama yang aku terapkan jika memilih smartphone. Jepretan hasil   kameranya harus bagus, baterainya tahan l...