Showing posts with label taaruf. Show all posts
Showing posts with label taaruf. Show all posts

Thursday 16 January 2014

Jodoh Satu Klik


Susah benar cari calon suami sekarang ini. Ada yang baik tapi tampangnya pas-pasan. Ketemu yang  ganteng tapi pacarnya ada tiap tikungan jalan. Giliran ketemu yang nyaris sempurna dari segi penampilan dan wawasan, eh penghasilannya kurang.”
“Matre kamu!” Jawabku sambil ngakak
 “Eits, realistis itu namanya! Memangnya kamu mau menikah dengan pria yang tidak mempunyai penghasilan? Mau merid dengan modal cinta doank? Jangan naif deh! Hari gini  merid modal cinta doank yang benar saja.”
Pendapat Rini memang ada benarnya. Banyak pernikahan yang kandas hanya karena kurangnya materi. Tetapi banyak juga orang yang bergelimang harta justru pernikahannya tidak  bahagia. Di situ perlunya cinta untuk menguatkan.
“Eh, ditanya malah bengong. Kriteria calon suamimu kaya gimana? Aku jadi penasaran.”
“Kalo aku sih, yang penting kepribadiannya. Rumah pribadi, mobil pribadi...” jawabku asal, sukses membuahkan sebuah cubitan di pinggang.
“Yei, diajakin ngomong serius juga. Mentang-mentang teman cowoknya banyak. Tinggal dipilih mana yang suka. Trus merid deh.”
“Bukan gitu Rin, usia kitakan masih muda baru juga dua puluh tahun untuk apa memilirkan  hal seperti itu sekarang. Kalo kata Dewa19, jalan kita masih panjang.”
“Justru dari sekarang kita masih bisa pasang kriteria yang tinggi. Masih banyak pilihan yang datang. Kalo umur kita dua tujuh, mulai obral deh kriterianya. Siapapun yang datang asal laki-laki dan baik kita terima daripada dibilang perawan tua.”
“Memangnya barang diobral? Jodoh tuh sudah ada yang mengatur. Santai sajalah, semua sudah diciptakan berpasangan. Ada siang dan malam, Ada laki-laki dan wanita.”
“Iya deh, yang punya banyak calon. Bisa tenang soal jodoh. Ngomong-ngomong aku balik dulu yaa  Ria, sudah mau magrib. Takut kemalaman sampai di rumah.”
**&&&**
Dua tujuh kini umurku. Masih sendiri. Sementara satu persatu sahabatku sudah menemukan pasangan hidupnya. Seringkali undangan yang datang justru menambah rasa kesepian di hatiku.
Dadaku sesak dengan campuran rasa antara bahagia dan iri. Iri karena pencarian mereka akan jodoh pemberian Tuhan telah berakhir. Sedangkan aku masih meraba-raba siapa sebenarnya belahan jiwa. Tak terasa air mata menepi di pelupuk mata.
“Di tempat kerjamu orang laki-lakinya banyak, apa tidak ada satu yang kena di hati? Kamu terlalu milih-milih jodoh. Lihat kawan-kawanmu sudah menikah semua. Rini malah anaknya sudah dua. Kamu kapan?”
Pertanyaan  yang sering kudengar akhir-akhir ini. Baik itu dari orang tua, saudara bahkan teman-teman. Ada yang  bersimpati, dengan menawarkan kenalannya yang masih lajang. Ada juga yang hanya menyalahkan. Gelisahku karena lingkungan. Mencari jodohkan tak semudah membalik telapak tangan. Haruskah kumenerima siapa saja yang datang demi mengejar gelar istri.
**&&&**
Berbagai  cara sudah kuterapkan dalam mencari jodoh. Dari baca buku, berdoa, travelling. Bahkan aku yang paling cuek dengan penampilan sekarang mulai rajin membersihkan wajah dan melakukan perawatan ini dan itu. Sungguh suatu keajaiban tapi belum  juga ada tanda-tanda bertemu jodohku.
Aku tetap berbaik sangka dan terus memperbaiki diri. Menemukan jodoh ternyata seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami...
Harapanku akan jodoh sebenarnya sederhana sekali. Aku ingin menikah dengan orang yang bisa membuatku tertawa, sesedih apapun aku. Membuatku merasa cantik, sejelek apapun aku. Dan membuatku merasa kaya semiskin apapun aku.
Dan dari segi penampilan suamiku itu harus menenangkan hati ketika kulihat. Suaranya harus bagus jadi aku tak akan bosan mendengar jika dia menasehati.  Satu  lagi dia harus pandai mengaji dan wawasannya luas. Sederhanakan kriteriaku?
**&&&**
 Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Pekerjaan yang menumpuk membuatku sedikit lupa masalah jodoh. Semua pekerjaan dituntut segera diselesaikan. Sungguh sangat melelahkan. Stress melanda, mukaku yang biasa mulus kini berhiaskan jerawat batu.  Cukup membuat kesan merona di kedua pipi. Apalagi setelah project ini kontrak kerjaku selesai. Benar-benar hidup yang sempurna.
Tiba-tiba di yahoo messeger ku terlihat Eni mengirim pesan
 “Rie bisa nggak ke tempatku sekarang? Ada temanku mo kenalan.”
” Aduh Eni, kerjaanku lagi banyak dan aku juga nggak pede mukaku hancur begini”
“Ya udah kalau gitu, ini Yahoo messegernya jangan lupa diadd”
“Oke” jawabku singkat
Akupun melanjutkan pekerjaanku, ada-ada saja si Eni   mau kenalin cowok pas mukaku hancur nggak karuan kaya gini. Baru lima menit aku meneruskan pekerjaan, yahoo messegerku mengirimkan pesan Eni lagi.
Sudah di add belum Yahoo messeger temanku? jangan lupa diadd yaa

Ya ampun si Eni nggak sabaran amat jadi orang. Memang dikiranya mudah apa nge-add orang jadi teman. Hanya sekedar klik tanpa pertimbangan. Zaman sekarang nemu orang baik di dunia nyata tuh jarang terjadi. Apalagi ini, kenalan lewat dunia maya. Apa sih yang diharap dari perkenalan ini. Tahu orangnya juga tidak.
 “Cring“ yahoo messeger  kuberbunyi lagi. Eni mengulang pesannya. Menyadarkanku dari lamunan. Apa sih kelebihan temannya. Kok ngotot banget Eni, menyuruh aku add dia jadi teman. Bimbang masih melanda, tapi kuputuskan untuk membuka hati kali ini.
Tak ada salahnya mencoba. Toh kalau memang tidak sesuai tinggal ku remove saja.  Kenapa harus khawatir berlebihan hanya karena pernah disakiti sekali. Untuk menyembuhkan luka cinta harus diobati dengan cinta juga. Mungkin saja kali ini memang berjodoh.
"Iya sekarang ku add”
“Hai aku disuruh Eni nge add kamu, Kenalin namaku Ria”
“Hai juga namaku Julio”
Dan obrolan kita berlanjut dengan serunya. Belum pernah ada laki-laki yang bisa menandingi kumemberi argumen sebelumnya. Kita mulai bertukar nomor hp dan fb(facebook) supaya tahu rupa masing-masing.
Foto profilnya biasa saja, tak ada getar ketika melihatnya. Suka mendaki gunung, lulusan  telekomunikasi. Lumayan dari segi tampang. Sepertinya orang yang menyenangkan. Terlihat dari komentar-komentar temannya difacebook.

Hidupku mulai berwarna lagi. Tapi  aku masih ragu, jika belum bertemu langsung. Bisa saja foto yang ditampilkan palsu. Atau hasil edit dengan photoshop  sehingga tak berbekas aslinya bagaimana. Mungkin juga dia menyangka hal sama. Mengira diriku cantik dan manis sedemikian rupa. Walau sudah kujelaskan wajahku hancur sekarang.
Aku tidak mau buang-buang energi dari perkenalan ini. Sejak awal sudah kutegaskan, mencari suami bukan pacar. Lebih baik terluka sekarang daripada ketika perasaanku tumbuh lebih dalam akan lebih sulit untuk mengobatinya/
Seminggu setelah kami berkomunikasi lewat yahoo messegger dan hape. Kami memutuskan untuk bertemu langsung. Pertemuan ini bisa menjadi awal sebuah cerita baru. Tapi bisa juga akhir cerita yang baru saja terjalin.
Aku mulai memikirkan hal yang terburuk yang mungkin terjadi. Seperti jika nanti dia datang tapi berpura-pura tidak mengenaliku ketika kami bertemu. Atau bahkan dia tak datang sama sekali seperti janjinya.
Hei laki-laki di depanku sepertinya aku mengenalnya. Baju kemeja kotak-kotak berwarna biru dengan tas ransel hitam. Itu dia. Lebih tampan aslinya daripada foto yang dipajang difacebook. Seperti ada angin yang berhembus ketika dia berjalan. Membuatku senyum sendirian.
Sengajaku membawa buku untuk menutupi wajah. Jadi aku bisa memperhatikan gerak-geriknya dengan leluasa. Hape kubuat posisi silent, berjaga-jaga kalau dia menghubungi jangan sampai ketahuan aku sudah ada disini.
Kuputuskan untuk duduk didalam cafe, dengan pemandangan langsung ke taman. Dari situ lebih  leluasa mengamatimu yang sedang mencariku di setiap sudut taman. Telingamu tak lepas dari hape mencoba menghubungi, mencari tahu dimana posisiku sekarang. Untung hapeku sudah dalam posisi silent.
Sungguh kutak sanggup menahan rasa geli. Tak kuhiraukan tatapan bingung penggujung cafe lainnya melihatku senyum-senyum sendirian. Padahal di sekitar tidak ada pemandangan yang lucu.
Ups, tak sengaja kita saling bertatap mata. Segera kututupi mukaku dengan buku, berpura-pura membaca.  Semoga tidak ketahuan. Kau melewatiku begitu saja. Lega...
Ada rasa menjalar diam-diam dalam hati. Dejavu, sungguh aneh sekali rasa ini. Baru pertama kali melihatmu tapi terasa telah lama kita saling mengenal. Tak pernah kumerasakan perasaan ini sebelumnya. Hei, kau berbalik arah tiba-tiba tepat ke arahku. Bagaimana lagi kumenghindarimu.
“Ria?” tanyamu padaku sambil menyodorkan tangan mengajak salaman.
“Bukan” jawabku. Tak kuhiraukan tangamu yang mengajak salaman.
“Pasti Ria nih” Kau bersikukuh sambil duduk dibangku sebelahku. Tampak geram diwajahmu. Aku hanya senyum. Sudah ketahuan, yaa lebih baik terus terang.
Hanya perlu  seminggu  sejak pertama kali bertemu kau  kenal keluarga besarku. Dan seminggu kemudian kau kenalkan aku pada ibumu. Dan kini aku telah menjadi istrimu, bahagia hatiku. Bertemu  jodohku dengan satu klik.
Dan setelah menjadi istrimu baru aku menyadari begitu banyak alasan dan cara yang pasti membuat kita bertemu. Mulai dari kesamaan hobi, teman, lingkungan dan pekerjaan. Jodoh memang tak mungkin salah apalagi tertukar.


**Tamat**

Gardenia Glow Body Lotion Anti Ribet Bikin Glowing Setiap Hari

Siapa yang suka ngerawat wajah saja, tapi suka lupa ngerawat badan?” Jangan… Dek yaa, segera tobat kalau nggak mau  penuaan dini. Sejatinya ...