Showing posts with label Jalan-jalan. Show all posts
Showing posts with label Jalan-jalan. Show all posts

Monday 14 April 2014

Kapal PLTD Apung, Banda Aceh Vs Kyokotomaru, Jepang



PLTD Apung  Banda Aceh
Sumber Foto: Koleksi pribadi

Tepat pada tanggal 26 desember 2014 nanti merupakan momentum bagi masyarakat Aceh dalam memperingati 10 tahun tsunami. Tentu masih segar dalam ingatan kita tentang dahsyatnya bencana ini, namun setelah 10 tahun berlalu, sudah selayaknya kita menatap masa depan dan terus berpikir positif.
Bekerja lebih giat dalam membangun bangsa Aceh dapat dilakukan oleh semua pihak, tidak hanya dari Pemerintah semata, sektor swasta yang berbasis masyarakat atau lebih dikenal dengan small home industry tentunya akan menjadi salah satu sektor yang layak untuk diprioritaskan. Berapa banyak sudah bantuan baik dari Pemerintah maupun dari sumbangan pihak asing dalam hal pemberdayaan masyarakat pasca tsunami yang diterima oleh rakyat Aceh, tentunya ucapan terima kasih dapat diapresiasikan salah satunya dengan bekerja lebih keras dan giat untuk menciptakan masyarakat yang sustainable.
Hal ini tentunya sangat berbeda dengan yang terjadi di Jepang pasca gempa dan tsunami 2011 yang melanda daerah Tohoku (utara Jepang). Dimana dapat dikatakan bahwa mereka sangat sedikit sekali menerima bantuan dari luar/asing dan lebih mengandalkan resource dari dalam negeri mereka sendiri. Walaupun sudah kehilangan harta benda namun masyarakat Jepang sangat sabar, tidak terlihat emosi yang meledak-ledak, mereka tetap mempertahankan budaya antri berbagai kebutuhan pokok, bahkan di keadaan sesulit apapun.

Wisata Tsunami
Di Banda Aceh terdapat beberapa situs tsunami yang cukup mengundang keinginan para wisatawan baik lokal maupun manca negara untuk berkunjung. Seperti Kapal diatas rumah di Lampulo, Kapal Apung di Punge, Museum Tsunami, dll. 
PLTD Apung Banda Aceh
Sumber Foto: Koleksi pribadi

Hal ini terjadi karena sangat kurangnya situs-situs tsunami yang terpelihara dengan baik dan dijadikan memorial oleh negara-negara lain. Jika kita membandingkan dengan Jepang, dimana pasca gempa dan tsunami 2011, dapat dikatakan sudah tidak ada lagi bangunan atau sisa-sisa dari bencana tersebut yang dijadikan memorial. Dikarenakan oleh dasar budaya Jepang yang agak sedikit sentimentil dan memiliki kesan mendalam terhadap suatu hal dan tidak ingin mengenangnya lagi jika kejadian tersebut dianggap kurang baik. 
Sebagai contoh, disebuah kota pelabuhan yang bernama Kesennuma, disana terdapat sebuah kapal besar Kyotokumaru dengan bobot 330 ton yang sedikit lebih kecil dari PLTD Apung, namun apa yang terjadi? Pada awalnya masih terdapat pro dan kontra antara pihak yang ingin menyimpannya menjadi salah satu bukti kedahsyatan tsunami dan pihak lain yang merasa sedih, karena setiap melihat kapal tersebut akan mengingatkan mereka terhadap sanak keluarganya yang hilang. 
Untuk mengambil keputusan, pemerintah kota Kesennuma melakukan voting/jejak pendapat yang diikuti oleh seluruh warga kota, dan hasilnyapun sudah dapat ditebak dimana mayoritas (hampir 70%) masyarakat memnginginkan agar kapal besar itu untuk di demolish.
Memang banyak sekali pihak yang menyayangkan hasil keputusan warga kota Kesennuma, namun bagi mereka hidup haruslah terus berjalan dengan menatap masa depan, walaupun tidak ada lagi sisa-sisa bencana yang dapat dijadikan peringatan bagi generasi mendatang, yang mungkin dapat berpikir bahwa tsunami besar itu hanyalah dongeng belaka.

Kyokotomaru
Sumber Foto: AFP
.
Maka beruntunglah kita yang tinggal di Aceh, dimana masih terdapat banyak sekali memorial yang dapat memberi pelajaran kepada para penerus bangsa dan tentu saja situs –situs tsunami tersebut perlu dirawat dan dijaga bersama-sama.
Maket Kapal PLTD Apung
Sumber foto:Koleksi pribadi
Seperti Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Apung, kapal seberat 2.600 ton milik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) awalnya didatangkan ke Banda Aceh guna memenuhi pasokan listrik di Banda Aceh sebesar 10, 5 Megawatt. Dikarenakan sewaktu terjadi konflik di Aceh banyak menara listrik PLN yang dirobohkan menyebabkan pasokan listrik terganggu. 




PLTD Apung
Sumber foto: Koleksi pribadi
Pengunjung PLTD Apung
Sumber foto: Koleksi pribadi
Kapal yang memiliki luas 1.900 meter persegi dan panjang 63 meter ini terseret gelombang tsu
nami dari Pantai Ulee Lheue sejauh 5 km dan terdampar di Gampong Punge Blang Cut Kota Banda Aceh. Hingga kini PLTD apung tetap berada di tengah kota dan dijadikan monumen peringatan tsunami.

Kapal PLTD apung ini meski terkena terjangan ombak tsunami, kapal ini tetap utuh dan masih berbentuk seperti kapal besar pada umumnya
Untuk menunjang PLTD apung sebagai monumen  tsunami, pemerintah provinsi Aceh membuat taman edukasi di sekitar PLTD apung seluas 2 hektare. Taman edukasi ini dilengkapi dengan catatan-catatan informasi tsunami berikut foto-foto yang diabadikan saat bencana itu terjadi. Jembatan-jembatan juga dibangun agar pengunjung dapat menikmati wisata di PLTD Apung dari segala sisi.


Jembatan dan Prasasti jam bundar di lihat dari kapal apung
Sumber foto: koleksi pribadi

Tidak jauh dari PLTD, terdapat sebuah prasasti setinggi 2,5 meter.  Prasasti berbentuk jam bundar itu menunjukkan waktu jam 07.55WIB, tepat ketika gelombang tsunami menerjang Aceh. Pada miniatur gelombang tsunami juga terdapat gambar timbul berbentuk rumah dan orang hanyut tersapu tsunami.
Wisatawan lokal sedang berfoto di prasasti jam bundar
Sumber foto: Koleksi pribadi
Jam berkunjung PLTD Apung
Sumber Foto: Koleksi pribadi




Saturday 12 April 2014

Paket "Wisata plus-plus" di Banda Aceh


Mungkin ada  yang belum tahu kalau  ternyata Banda Aceh sebagai pusat pemerintahan sekaligus pusat segala  kegiatan ekonomi, politik, sosial, budaya dan pariwisata ternyata mempunyai "paket wisata plus-plus" lho, kok bisa, Nggak percaya? 
Kamu pasti akan menuduhku kurang ajar, masa  ibukota Provinsi Aceh yang dikenal sebagai Serambi Mekkah dan menerapkan syariah Islam punya paket wisata begituan. Makanya, datang dong ke kotaku, buktikan dan rasakan sendiri paket"wisata plus-plus" di Banda Aceh.
Sekali dayuh dua tiga pulau terlewati. Mungkin peribahasa itu sangat tepat untuk menggambarkan "Wisata plus-plus di Banda Aceh". Eits, jangan negatif thingking dulu.  Kenapa aku  sebut " wisata plus-plus" karena berwisata ke banda Aceh seolah anda dimanjakan dengan paket lengkap wisata yang sarat khazanah budaya.
Dari wisata budaya, wisata sejarah, wisata tsunami, wisata religi, wisata bahari, wisata kuliner dan wisata belanja. "Plus-plus banget kan." Nggak salah kalau Banda Aceh menjadi tempat yang wajib untuk kamu kunjungi karena pesona alam, budaya dan religinya sangat kental sekali terasa.
Berkunjung ke Banda Aceh akan menjadi pengalaman berharga karena banyak hal yang dapat dipelajari dari sejarah, budaya dan tak ketinggalan kulinernya yang bikin lidah berdansa. Biar kamu nggak penasaran Berikut ini adalah beberapa tempat  yang wajib kamu kamu kunjungi  di Banda Aceh.

Mesjid Raya Baiturrahman
Mesjid ini merupakan salah satu mesjid yang terindah di Indonesia. Terletak di pusat kota Banda Aceh Dengan luasnya mencapai 4.760 m dapat menampung hingga 9000 jama'ah. Memiliki tujuh buah kubah, empat menara dan satu menara induk serta ruangan dalamnya yang dilapisi lantai marmer, buatan Italia. Membuat sejuk dan betah berlama-lama ketika berada di dalam Mesjid.


Mesjid Raya Baiturrahman di kala malam hari
Sumber foto : Koleksi pribadi

Pinto Khop Putroe Phang
Dibangun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Pinto Khop berbentuk kubah ini merupakan pintu penghubung antara istana dan Taman Putroe Phang. Disini biasanya Putri Phang beristirahat setelah lelah berenang, letaknya tidak terlalu jauh dari gunongan

Pinto Khop Putroe Phang
Sumber foto: Koleksi pribadi

Kerkhof Peutjoet
Kerkhop merupakan kuburan tentara Belanda  yang  meninggal dalam pertempuran dengan masyarakat  Aceh. Kerkhof sendiri berasal dari bahasa Belanda yang artinya kuburan, sedangkan Peutjoet berasal dari kata Pocut (putra kesayangan) Sultan Iskandar Muda yang dihukum oleh ayahnya sendiri, karena  melakukan kesalahan fatal dan dimakamkan di tengah-tengah kuburan ini.
Kerkhof, kuburan untuk tentara Belanda dan warga sipil
 yang meninggal dalam perang Aceh
Sumber foto: Koleksi pribadi
Pada relief dinding gerbang makam tertulis nama-nama serdadu yang Belanda yang meninggal dalam pertempuran dengan masyarakat Aceh (Setiap relief ada 30 nama). Sekitar 2200 tentara Belanda termasuk 4 jenderalnya sejak tahun1883 hingga 1940 an dikuburkan di sini.Diantara para serdadu Belanda tersebut ada beberapa nama prajurit Marsose yang berasal dari Jawa ditandai dengan identitas IF (inlander fuselier) di belakang namanya, prajurit dari Ambon dengan tanda AMB, prajurit dari Manado dengan tanda MND, dan serdadu Belanda dengan tanda EF/f.
Pintu gerbang Kerkhof. Pada relief dindingnya tertulis nama-nama
serdadu Belanda  yang tewas dalam pertempuran di Aceh
Sumber foto: Koleksi pribadi


Museum Tsunami
Dibangun di pusat Kota Banda Aceh kira-kira 1 km dari Mesjid Raya Baiturahman. Adapun fungsi Museum Tsunami Aceh ini adalah sebagai objek sejarah sekaligus menjadi pusat penelitian dan pembelajaran tentang bencana tsunami. 


Monumen Pesawat RI-1 
Pesawat Seulawah yang dikenal RI-1 dan RI-2 merupakan bukti nyata dukungan yang diberikan masyarakat Aceh dalam proses perjalanan Republik Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya. Pesawat Seulawah merupakan cikal bakal Maskapai Garuda indonesia Airways disumbangkan melalui pengumpulan harta pribadi masyarakat dan saudagar  aceh sehingga seluruh Wilayah Republik Indonesia dapat direbut kembali.




Kapal di  atas Rumah
Kapal Tsunami Lampulo
Sumber  Foto: koleksi pribadi


Sebuah kapal nelayan yang tersangkut di atas sebuah rumah  penduduk di daerah Lampulo. Kapal kayu dengan panjang 25 meter dan lebar 5,5 meter ini telah menyelamatkan nyawa 59 orang dari terjangan tsunami karena kapal ini. Situs ini tetap dipertahankan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh untuk mengenang Musibah Tsunami yang melanda  Kota Banda Aceh pada 26 Desember 2004.


PLTD Apung
Kapal  dengan berat 2600 ton ini terdampar  4 km dari pesisir pantai  di tengah pemukiman penduduk memberikan gambaran bertapa dashyatnya  Tsunami tersebut Dengan luas ± 2 Ha

PLTD Apung, Punge Banda Aceh
Sumber Foto: Koleksi pribadi
Hutan Kota BNI Banda Aceh
Terletak di desa Tibang, Kec. Syiah Kuala di dekat lokasi wisata Alue Naga.Hutan  kota ini dibangun atas kerja sama Pemko Banda Aceh, BNI, Yayasan Bustanussalatin serta masyarakat Tibang sendiri. Lahan rawa ini disulap menjadi Hutan dengan berbagai macam tumbuhan. Terdapat 150 jenis pepohonan  yanga ada di Hutan ini  dengan jumlah total 3500 pohon termasuk tanaman buah dan tanaman langka.
Fasilitas di Hutan kota ini meliputi jalur pejalan kaki, jembatan tajuk pohon (Ramp Canopy  Trail), jembatan atas bakau (Mangrove Boardwalk), area pepohonan, kolam bakau dan pembibitan ikan, taman tematik dan taman kontemplasi.


Jembatan masuk menuju hutan kota
Sumber foto:Koleksi pribadi

Wisata Bahari
Pantai-pantai di BandaAceh tak kalah bagusnya dengan pantai lain yang ada di luar negeri atau pantai di Bali seperti pantai Pantai Ulee Lheue, Pantai Kampung Jawa dan Pantai Alue Naga. Pantai-pantai ini sangat asyik untuk dijadikan lokasi memancing, atau sekedar menikmati sunset.
Pantai Kampung Jawa
Nelayan menarik pukat di Kampung Jawa
Sumber foto: Koleksi pribadi
Selain bisa bermain dengan ombak, memancing dan menikmati sunset kita bisa menikmati aktivitas para nelayan yang sedang menarik pukat setiap sore hari.di Kampung Jawa
Bermain dengan ombak di pantai Kampung Jawa
Sumber foto:Koleksi Pribadi
Orang Aceh sangat sopan dan santun. Pakaian renang, seperti budaya orang barat dianggap tidak pantas. Pakailah celana pendek ketika berenang, untuk kaum wanita memakai baju kaos lebih baik.
Pantai Alue Naga sangat pas untuk menikmati sunset sambil memancing
Sumber foto: Koleksi pribadi
Sunset di Ulee Lheue
Sumber foto: Koleksi pribadi

Dan masih banyak lagi obyek wisata menarik yang bisa dikunjungin di Banda Aceh, seperti Gunongan, Kuburan massal Ulee Lheue, Makam Sultan Iskandar Muda, Makam Kandang, Blang Padang, Museum Aceh, Pendopo dan masih banyak lagi. Penasarankan...so, tunggu apalagi ayo ke Banda Aceh.

Saturday 18 May 2013

"Lagi ikutan lomba dalam rangka ultah dari novel @rheinfathia nih! Pada ikutan, yuk. Ini tulisanku

Anggap ada yang mau bayarin kamu jalan-jalan ke mana aja, nggak peduli berapa biayanya. Kamu diberi waktu selama TUJUH HARI dan harus mengajak SATU orang saja. Ke mana kamu akan pergi travelling, sama siapa dan apa alasannya?” 


          Kalo aku  diberikan waktu 7 hari dan ada yang membiayai yaa tentu aja naik haji, kan naik haji wajib bagi yang mampu tapi karena singkatnya waktu yaa udah dibelokkin dulu niat naik hajinya. 
        Aku ingin pergi ke Jepang bersama anakku Vinka Azzahra yang usianya kini 3,6 thn, Kenapa ke Jepang? Ada banyak alasan orang  tertarik untuk pergi ke Jepang:

  1. Tertarik dengan kehidupan sosial di Jepang dan ingin hidup di Jepang.
  2. Ingin belajar bahasa Jepang dan budaya Jepang.
  3. Tertarik pada pendidikan dan penelitian di universitas dll di Jepang
  4. Ingin bekerja di bidang yang berhubungan dengan Jepang.
  5. Direkomendasikan dari teman, kenalan, keluarga,dll.
  6. Ada bidang yang ingin dipelajari
  7. Ingin mengenal budaya lain
  8. Jaraknya dekat
  9. Karena ada program pertukaran mahasiswa
  10. Karena mendapat beasiswa
  11. Alasanku ingin ke Jepang untuk menjawab kerinduan Vinka akan papanya yang sekarang ini berada di Jepang  untuk magang selama setahun lamanya.

         Tempat yang dituju pertama kali yaa tentu saja tempat tinggal papanya di Jepang yaitu di Higashi-Matsushima, yang letaknya di Timur Jepang. sekarang suhunya lagi 15 derajat celcius. Di sini kami akan melepas rindu dulu sambil menikmati pemandangan indah yang ada, sekedar informasi aja kalo pada  tahun 2011 kemarin,  daerah ini pernah kena tsunami  sama seperti di kotaku Banda Aceh pernah kena tsunami  besar juga di pada tanggal 26 Desember 2004. 
Pemandangan di HigashiMatshushima
Peta  Banda Aceh Di HigashiMatshushima
Tetangga Di Higashi- Matshushima






Hari kedua kami di Jepang kami pergi belajar membuat Kokeshi,di toko kokeshi di pertokoan Matsusima.Kokeshi adalah boneka kayu khas Jepang yang menggambarkan sosok gadis Jepang. Boneka ini dikenal sejak zaman Edo (1603-1867). Ciri khas khusus boneka ini adalah badan yang berbentuk silinder dengan kepala yang bulat di atasnya, serta tak adanya tangan dan kaki. Di daerah Tohoku, sejak abad 17-18 memproduksi boneka Kokeshi sebagai buah tangan dan cendera mata bagi para pengunjung yang mandi di air panas.

Kokeshi asli
Kokeshi Papa Vinka bikin



Hari ketiga kami di Jepang kami akan jalan-jalan ke Kyoto. banyak sekali tempat wisata di Kyoto, bahkan banyak traveler yang bilang bahwa kita belum ke Jepang kalau belum ke Kyoto. Tempat wisata di Kyoto kebanyakan merupakan tempat wisata budaya, karena banyaknya kuil di kota tersebut. Perjalanan pertama kami awali untuk pergi ke Fushimi-Inari Temple. Kuil ini dibangun untuk menghormati Inari, Dewa Nasi dalam kepercayaan agama Shinto. Tempat ini bisa dijangkau dengan hanya 5 menit perjalanan menggunakan kereta JR lines dari stasiun Kyoto ke stasiun Inari. Di tempat ini, kami melihat ratusan gerbang berwarna merah yang disusun berentet menyusuri gunung. Panjangnya bisa puluhan kilometer. Kami tidak menyusuri sampai selesai karena bisa memakan waktu 2-3 jam.

Hari keempat di Jepang masih di Kyoto juga kmi pergi ke kuil Kinkaku-ji yang artinya kuil emas. Kuil ini bersaudara dengan kuil Ginkaku-ji perak yang sama-sama ada di Kyoto. Konon dinding kuil ini terbuat dari emas loh !, bangunanya tampak berkilau sangat indah, letaknya di tengah danau kabarnya pengunjung yang bertemua atau melihat ular putih disana akan mendapat rezeki.




.
Hari kelima kami akan ke Istana 
Istana Osaka adalah istana yang terletak di dalam Taman Istana Osaka, distrik Chuo-ku, kota Osaka, Jepang. Istana Osaka berada di ujung paling sebelah utara daerah Uemachi, menempati lokasi tanah yang paling tinggi dibandingkan dengan wilayah sekelilingnya.

Osaka merupakan bangunan peninggalan budaya yang dilindungi oleh pemerintah Jepang. Menara utama Istana ayang menjulang tinggi merupakan simbol kota Osaka.

Istana Osaka dimanfaatkan sebagai istana sekaligus benteng sejak zaman Azuchi Momoyama hingga zaman Edo. Istana Osaka yang ada sekarang terdiri dari menara utama yang dilindungi oleh dua lapis tembok tinggi yang dikelilingi oleh dua lapis parit, parit bagian dalam (Uchibori) dan parit bagian luar (Sotobori). Air yang digunakan untuk mengaliri parit istana diambil dari Sungai Yodo mengalir di sebelah utara Istana Osaka.




Hari Keenam kami ke Jepang kami akan ke Shibuya, disana ada patung Hachiko, jadi teringat film Richard Gere yang judulnya  “Hachiko: A Dog’s Story”.Hachiko  aslihidup tahun 1923-1935  di Jepang. Seorang Profesor yang mengajar di bidang pertanian bernama Hidesaburo Ueno di tahun 1924,   membawanya ke Tokyo dan memelihara Hachiko.  Setiap hari mereka selalu pergi bersama-sama. Hachiko selalu menemani Profesor Ueno ke stasiun kereta Shibuya untuk pergi mengajar di kampus, dan  menanti majikannya pulang di Stasiun.

Pada bulan Mei 1925, Profesor Ueno terserang stroke fatal saat mengajar, ia pun meninggal dunia. Hachiko yang tidak mengetahui hal itu tetap datang menjemput majikannya di stasiun Shibuya dan menunggu dengan sabar meskipun Profesor Ueno tidak akan datang lagi.
Hachiko yang selalu ada di sana pada jam yang sama, yaitu jam kedatangan kereta sore  menunggu kedatangan Profesor Ueno setiap sore hingga 10 tahun kemudian. Akhirnya pada tahun 1935, Hachiko meninggal di depan stasiun Shibuya, tepat saat kedatangan kereta sore, di tempat di mana ia selalu setia menunggu Profesor Ueno untuk pulang bersama.
Pada bulan April 1934, Pemerintah Jepang mendirikan patung Hachiko yang terbuat dari bahan perunggu tepat di depan stasiun Shibuya sebagai perlambangan kesetiaan seekor anjing kepada majikannya. Namun pada masa PD II, patung tersebut dilebur untuk keperluan perang. Akhirnya pada tahun 1948, Takeshi Ando, yang merupakan anak dari seniman pembuat patung Hachiko yang pertama, kembali membuat patung tersebut.
Selain itu, patung yang sama juga didirikan di Odate, kota kelahiran Hachiko. Patung/boneka berisi kapas yang identik dengan Hachiko pun dibuat dan sekarang berada di Japan’s National Nature and Science Museum. Pemerintah dan rakyat Jepang sangat menghargai dan sering kali mengambil contoh loyalitas Hachiko dalam segala perbuatan mereka sehari-hari.
Pada bulan Mei 1994, Japan’s Culture Broadcasting Network memutarkan rekaman yang berisi suara gonggongan Hachiko yang dahulu sempat terekam. Mereka menggunakan teknologi laser untuk memperbaiki rekaman yang sudah parah kondisinya tersebut. Rakyat Jepang akhirnya dapat mendengar suara Hachiko setelah 59 tahun kematiannya.
Saat ini, setiap tanggal 8 April, rakyat Jepang selalu memperingatinya sebagai Hari Hachiko, hari di mana manusia bisa mencontoh sikap setia seekor anjing dalam kehidupan sehari-hari.

Hari ke tujuh kami habiskan dengan wisata kuliner, nggak kerasa dah tujuh hari waktu yang singkat dan sangat bermakna, sebenarnya masih banyak tempat yang menarik di Jepang tapi papa Vinka cuma punya stock fotonya segini he...3x.. ,enaknya jalan-jalan di Jepang  kalo pemandunya gratis kaya gini (sambil ngelirik  Papa Vinka)

Sekarang cerita tentang Vinka(3,6thn), anakku yang pertama sejak papanya pergi ke Jepang tiap hari dia selalu naya kapan papa pulang, papa kok nggak pulang-pulang, sedih yaa tapi itulah kenyataan,sekarang Vinka  dah pandai baca doa...bangganya.

Makasih ya Rhein Fathia karena sudah bikin kuis seperti ini. Serasa aku ada di Jepang bersama papa Vinka walaupun cuma khayalan, yaa lumayan mengobati kerinduan yang masih harus nunggu 10 bulan sampai papa pulang.




Kumon Bangun Kemandirian Belajar Anak Dengan Teknologi

Dunia terus mengalami perubahan, dulu orang harus ke bank untuk mengambil uang, orang harus ke pasar untuk mendapatkan sayuran dan sebagainy...