Kalau ada tempat istimewa yang selalu membuatku ingin kembali salah satu tempat itu adalah Kota Bandung.
Showing posts with label Jalan-jalan. Show all posts
Showing posts with label Jalan-jalan. Show all posts
Monday 29 January 2018
Thursday 25 January 2018
Mie Kocok Si Doel Tempat Makan Favoritku.
Kalau
ditanya dimana tempat makan favoritku, aku pasti langsung jawab warung mie kocok Si Doel dekat Masjid Raya
Baiturahman Banda Aceh.
Wednesday 24 January 2018
Nginap di Hotel Hermes Palace Banda Aceh Bersama Anak-anak
Jadi
kemarin dulu, papa Vinka menang lomba foto yang hadiahnya nginap di hotel Hermes Palace Banda Aceh, yang sudah termasuk makan malan dan sarapan untuk dua orang.
Sunday 14 January 2018
5 Tempat Wisata Anak Favorit di Bandung
Bandung
adalah salah satu kota di Indonesia yang ingin saya kunjungi kembali. Selain
menyimpan kenangan masa kecil di kota ini. Bandung juga memiliki banyak
sekali tempat menarik untuk dikunjungi.
Friday 12 January 2018
Pantai Tanjung Aan Tempat Yang Wajib Dikunjungi Di Lombok
Saturday 7 October 2017
Jalan-jalan ke Air Terjun Suhom
Jadi
tahun lalu waktu lagi nunggu hari Dekbay
lahir. Aku diajakin jalan-jalan ke Air Terjun Suhom di di kecamatan Lhoong Aceh Besar.
Sebenarnya suami kurang setuju aku pergi , nanti sempat melahirkan di jalan
gimana? Tapi berhubung akunya maksa dan suami juga belum pernah ke sana
akhirnya pergi juga deh kami menuju Air
Terjun Suhom.
Friday 6 October 2017
Makan Siang di Riung Gunung
Jadi
pas liburan sekolah anak-anak kemarin, akhirnya punya kesempatan buat ajakin
anak-anak jalan-jalan. Kali ini destinasi kami sedikit jauh harus menempuh
kurang lebih dua jam perjalanan untuk menuju tempat ini.
Monday 10 April 2017
Mengapai Puncak Peradaban Dunia Dengan Pustaka UNSYIAH
Tidak
ada hal yang lebih penting bagi umat manusia dari pada membawakan buku-buku
dalam jangkauan semua orang, buku yang dapat meluaskan pandangan dapat
membebaskan kita dari diri kita sendiri, dapat mendorong kita ke
penemuan-penemuan baru dan benar-benar dapat mengubah kehidupan serta membuat
seseorang menjadi anggota masyarakat yang berharga. Satu-satunya jalan untuk
melaksanakan ini ialah melalui perpustakaan.
Demikian kutipan dari
tulisan berjudul Public Libraries and Their Mission karya seorang
sastrawan Prancis Andre Maurots yang bisa menjadi bahan renungan
kita bersama tentang pentingnya perpustakaan
Monday 30 January 2017
7 Jurus Manjakan Si Kecil Agar Tetap Betah Selama Perjalanan Naik Kereta Api
Melakukan perjalanan jarak jauh bersama anak
kecil, jelas mengharuskan kita memberikan perlakuan khusus padanya. Segala yang
kita pilih untuk perjalanan ini haruslah membuat si kecil selalu nyaman,
sehingga mereka tidak rewel, tidak merepotkan kita, dan tidak stres atau bahkan
jatuh sakit.
Friday 22 April 2016
Sabang Destinasi Honeymoon Favorit Pariwisata Aceh
Tuesday 12 April 2016
Liburan, Ke Pangandaran Saja
Ada satu tempat yang sangat
ingin aku kunjungi dari dulu sewaktu masih tinggal di Bandung hingga kini tapi
belum juga kesampaian sampai sekarang. Tempat itu bernama Pangandaran.
Monday 29 February 2016
Kenangan Masa Kecil Di Bandung
Wah nggak kerasa hampir 20 tahun nggak pernah menginjakkan kaki lagi di Kota Kembang Bandung tercinta. Bandung tempat aku menghabiskan masa kecil disana dari belum sekolah hingga kelas 3 SMP. Banyak kenangan masa kecil yang tak terlupakan selama di Bandung. Jadi ingin cerita sekaligus nostagia waktu kecil di Bandung aku kemana dan ngapain aja.
Monday 3 August 2015
Program BNI Berbagi Membuat Kami Memiliki Tempat Wisata Gratis yang Berkualitas
![]() |
Kesejukan langsung menyapa ketika memasuki Hutan Kota BNI |
Sebagai
salah satu bank terbesar di Indonesia dan dengan semangatnya berprestasi dan
berbagi. BNI mempunyai misi untuk meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab
lingkungan dan komunitas. Untuk mewujudkan misi tersebut, BNI telah mendesain
program Corporate Social Responsobilty dalam enam bidang
yaitu bidang pendidikan, kesehatan, pelestarian alam, sarana dan prasarana
umum, bantuan bencana alam dan pengetasan kemiskinan.
Sebagai
warga kota Banda Aceh sekaligus sebagai
seorang ibu salah satu program berbagi
BNI yang paling saya rasakan
manfaatnya adalah program pelestarian alam. Dimana BNI bekerjasama
dengan Pemerintah kota Banda Aceh, Yayasan Bustanussalatin, masyarakat Tibang
dan warga sekitarnya merubah daerah yang semula berupa rawa-rawa dan mengelolanya menjadi Hutan Kota.
Memang
di Banda Aceh sendiri sudah memiliki berbagai ruang terbuka hijau yang terdiri
dari beberapa taman dan tersebar di berbagai lokasi. Namun yang paling luas dan
popular adalah Hutan Kota BNI Banda Aceh yaitu seluas 7,15 Ha
Banyak
sekali manfaat yang saya pribadi dan
masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam khusunya bagi warga kota Banda Aceh rasakan
dengan adanya Hutan Kota BNI antara lain:
![]() |
Masterplan Hutan Kota BNI Banda Aceh sumber |
Sebagai sarana
rekreasi favorit keluarga yang murah meriah.
![]() |
Jembatan sebagai pintu masuk ke Hutan Kota BNI |
Murah
karena untuk masuk ke Hutan Kota itu gratis…tis..tis hanya dikenakan biaya
untuk parkir kendaraan saja dan kita sudah bisa menikmati berbagai fasilitas
yang ada di Hutan Kota seperti jembatan penyeberangan, jalur pejalan kaki,
musholla, tempat wudhu, toilet, jembatan tajuk pohon (Ramp Canopy Trail),
jembatan atas bakau (Magrove Boardwalk) area pepohonan, kolam bakau dan
pembibitan, lapangan basket, juga taman tematik dan taman kontemplasi yang
merupakan lokasi favorit di Hutan Kota BNI.
Bahagia rasanya melihat anak-anak gembira berlari dan bermain di alam terbuka menikmati angin yang berhembus dan matahari yang bersinar hingga mereka mandi keringat disini dibandingkan melihat mereka bermain di mall yang jika keseringan malah secara tak langsung mengajarkan mereka gaya hidup komsutif.
Bahagia rasanya melihat anak-anak gembira berlari dan bermain di alam terbuka menikmati angin yang berhembus dan matahari yang bersinar hingga mereka mandi keringat disini dibandingkan melihat mereka bermain di mall yang jika keseringan malah secara tak langsung mengajarkan mereka gaya hidup komsutif.
Sebagai sarana
olahraga
Hutan
Kota juga menjadi sarana olahraga bagi warga kota Banda Aceh.
Dikala sore hari atau saat weekend tiba kita bisa melihat beberapa anak
muda bermain basket atau futsal dengan memanfaatkan lapangan olahraga yang
ada. Saya sering sekali membawa anak-anak saya untuk
jogging pagi atau sekedar berlari-lari kecil disini.
Sebagai sarana
edukasi
![]() |
Anak-anak bebas berlari-lari di Hutan Kota BNI |
Ada 25 jenis habitat
burung yang menetap disini dan 95 jenis pepohonan dengan jumlah total saat ini
mencapai 3500 pohon termasuk tanaman buah dan tanaman langka. Belum lagi hewan-hewan kecil lainnya seperti ikan kepala timah, kepiting kecil yang terdapat di tambak.
Dengan dilengkapi
dengan papan nama di setiap pohon memudahkan saya untuk mengajarkan dan memberitahu
anak-anak saya tentang berbagai jenis
vegetasi dan fungsi ekologi. Hutan Kota BNI membuat saya bisa mengenalkan dan mengajarkan anak-anak saya
cinta pada alam sejak dini.
Oya suami saya dan juga
beberapa komunitas fotografi sangat suka melatih talenta mereka dalam mengabadikan moment disini karena setiap sudut
Hutan Kota ini sangat menarik dan sayang jika tidak diabadikan melalui lensa
kamera.
![]() |
Vinka dan shidiq sedang mengamati ikan kepala timah |
Hutan kota juga
dimanfaatkan beberapa komunitas lainnya untuk melakukan berbagai kegiatan seperti kajian Alquran yaitu kegiatan dengan beberapa orang
anggota duduk mengelilingi sang pemateri membaca ayat-ayat suci Al-Quran
kemudian mendengarkan siraman rohani
yang diberikan.
Tempat
Bermain
Di Hutan Kota juga
tersedia berbagai sarana bermain untuk seperti ayunan, jongkat-jangkit, tangga
berbentuk setengah lingkaran dan masih banyak lagi. Membuat anak-anak betah berlama-lama disini.
![]() |
Beberapa mainan yang berada di Hutan Kota BNI |
Fungsi
Kesehatan
Udara
di Hutan Kota BNI ini segar banget
apalagi ketika angin berhembus sepoi-sepoi. Rasanya setiap kali saya kemari
kepala terasa ringan karena udara yang segar bisa mempengaruhi tingkat
kejernihan darah yang mengalir ke otak. Memandang tumbuhan hijau membuat mata
saya segar dan perasaan menjadi lebih tenang.
Dan
masih banyak lagi manfaat yang saya rasakan sebagai warga kota Banda Aceh
dengan adanya Hutan Kota BNI. Terima kasih banyak kepada BNI dengan program
berbaginya yang berhasil memberi kami
satu tempat rekreasi gratis dengan banyak fungsi dan kebaikan yang bisa
dipetik. Semoga BNI semakin berprestasi dan konsisten dengan program berbaginya.
Monday 29 June 2015
Makan Masakan Jepang di Kantin Hana
Sebenarnya udah lama banget ingin cobain yang namanya mie ramen dan masakan Jepang lainnya. Tapi takut nggak sanggup makan soalnya dengar-dengar masakan Jepang itu banyak yang berupa ikan mentah gitu. Sedangkan aku ikan masak aja kadang-kadang nggak sanggup makan, berasa anyir dihidungku. Sejujurnya aku sangat picky eater. Kata papa Vinka kalau model-model kaya aku, susah bertahan hidup di Jepang :p, karena kebanyakan makanannya berbahan dasar ikan dan kurang rasa untuk lidah indonesiaku, kecuali kalau masak sendiri tentu saja :P.
Wednesday 7 January 2015
Wahana Kuta Malaka, Aceh Besar
Sabtu kemarin, akhirnya dengan modal nekat kami berhasil pergi dan nyobain satu tempat rekreasi di kawasan Aceh Besar dengan modal tanya saudara jalan menuju ke sananya.
Wahana Kuta Malaka terletak di kawasan Aceh Besar. Jalan menuju ke sana juga mudah ditemukan dari ikuti saja jalan utama banda aceh menuju kawasan pasar samahani (setelah sibreh) dan kita ada menuju dua jalur di sebelah kanan dengan papan petunjuk wahana Kuta Malaka
![]() |
Peta Aceh tempat wisata Aceh Besar di Kuta Malaka |
![]() |
Salah satu bentuk Kolam dan gazebo di Kuta Malaka |
![]() |
Kolam ini cocok untuk anak-anak usia tiga tahun ke atas |
![]() |
Sisi lain Kuta Malaka, Aceh Besar |
Fasilitas di Wahana Kuta Malaka ini selain area parkirnya yang luas, kolam renang dengan berbagai ukuran dan permainan air juga dilengkapi restoran, ruang ganti dan musholla, area sepeda listrik. Oya selain wahana waterboom, Kuta Malaka juga mempunyai wahana air terjun tujuh tingkat, tapi wahana ini belum selesai dibuat dan jalan menuju kesana masih berupa jalan tanah belum ada pengerasan.
Saturday 19 July 2014
Rumoh
![]() |
Rumoh Aceh manisfestasi dari keyakinan masyarakat dan adaptasi terhadap lingkungan serta menunjukan status sosial seseorang |
Rumoh
atau rumah dalam bahasa Indonesia merupakan perlambang”kemandirian dan
otoritas” seorang laki-laki Aceh. Hal ini mengacu pada salah satu hadist
Rasullah saw mengenai ukuran kecukupan seorang laki-laki muslim yaitu
memiliki tiga hal pokok yaitu rumah yang luas, isteri yang sholeha dan
kendaraan yang baik.
Sudah menjadi adat
masyarakat Aceh, jika seorang laki-laki sudah berkeluarga, maka dia
cenderung ingin mandiri pisah tempat tinggal baik dengan keluarganya
sendiri, apalagi dengan keluarga isteri(mertuanya).
Sehingga membangun
rumah pribadi merupakan suatu keharusan, terutama berkaitan dengan
eksistensinya sebagai kepala keluarga. Pepatah Aceh mengatakan beulagee
rangkang blang, penting mangat tareupang yang artinya walau gubuk,
enak kaki untuk terjulur.
Tareupang bisa juga diartikan
sebagai lambang kebebasan seorang laki-laki di rumahnya tanpa perlu merasa
sungkan dalam melakukan aktivitas apapun. Tidak seperti ketika tinggal seatap
bersama mertua semua yang dilakukan harus diperhatikan benar mulai dari
cara berpakaian, tidur, duduk dan berbicara jangan sampai melanggar sopan
santun dalam keluarga.
Jarang sekali kita temukan
dalam masyarakat Aceh satu rumah dihuni oleh beberapa keluarga, jika pun itu
terjadi, pasti dalam keadaan terpaksa dan biasanya sifatnya hanya sementara
saja.
Di desa-desa Aceh akan
kita temukan sejumlah rumah yang tidak memiliki pagar pembatas dan bahkan dari
beberapa rumah itu hanya memiliki satu sumur. Ini menandakan bahwa
rumah-rumah tersebut milik satu buah keluarga yang di sebut sekuru.
Sekuru biasanya terjadi
karena pasangan yang baru menikah belum cukup mapan untuk membeli tanah dan
membangun rumah sendiri sehingga orangtua mereka menyediakan tanah yang berada
dalam kawasan rumah induknya untuk dibangunkan ruamah untuk anaknya yang
sudah berkeluarga.
Dalam masyarakat Aceh yang
kental dengan syariat Islam, fungsi rumah sebagai tempat beribadah dan
hidup. Sehingga dalam pelaksanaan pembangunan sebuah rumah dilaksanakan dengan
upacara atau keunduri.
Keunduri merupakan bentuk rasa
syukur kepada Allah. Tujuan utamanya adalah untuk menolak bala atau penyakit.
Upacara adat ini biasanya diisi dengan doa tulak bala, tepung tawar
(peusunteng/peusijuk).
Besarnya keunduri tergantung
pada kemampuan pemilik rumah. Jika orang berada maka keunduri dilaksanakan
hingga menyembelih kambing sebagai menu utama makanannya. Apabila yang
memiliki rumah orang serderhana atau biasa saja dalam taraf ekonominya
biasanya keunduri hanya menyembelih beberapa ekor ayam saja.
Pada umumnya tidak ada
yang berbeda dalam upacara mendirikan rumah di seluruh Aceh. Baik dalam
menentukan hari yang tepat, memilih bahan baku bangunan hinga melakukan peusijuk atau
suntingan rumah.
Untuk menentukan waktu
yang tepat mendirikan rumah, biasanya dalam masyarakat Aceh selalu memilih
bulan-bulan yang baik seperti zulhijjah dan syawal atau bulan lainnya
disesuaikan dengan bulen di langet (perhintungan qamariah)
bukan perhintungan syamsiah atau masehi.
Jika seseorang ingin
membangun rumah atau menghuni rumah baru, selalu dikonsultasikan kepada para
Teungku atau orang-orang tua yang memiliki ilmu mengenai hal tersebut terlebih
dahulu.
Selanjutnya pelaksanaan
pendirian rumah dilakukan setelah tanah pertapakan sudah ditentukan dan
bahan-bahan telah tersedia. Kegiatan ini dilakukan dengan bergotong-royong atau
disebut meurame dengan mengundang ahli waris yang
berdekatan atau kuru berserta tetangga yang datang (ureung
lingka) untuk bersama-sama mendirikan rumah dengan arahan dari Utoh, utus
(tukang pembuat rumah) dan didampingi oleh tetua gampong (teungku dan keuchik)
![]() |
Salah satu model rumah dahulu di Aceh |
Salah satu bentuk rumah bantuan untuk korban tsunami di Aceh |
Saat ini rumah di Aceh
terus mengalami perkembangan dalam struktur bangunannya. Sehingga banyak
yang meninggalkan bentuk rumah adat untuk beralih ke struktur bangunan baru
seperti rumoh santeut (rumah panggung), rumoh tampong limong (rumah
model bubung lima), rumoh bate (rumah beton) yang tidak menggunakan tangga
dan sebagainya.
Rumah yang tidak lagi
berpola adat Aceh atau rumah yang berasitektur modern dalam masyarakat Aceh
disebut sebagai rumoh Belanda. dirangkum dari berbagai sumber.
Tuesday 29 April 2014
Tsunami Site: Electrical Generator ship Banda Aceh VS Kyotokumaru Japan
Tsunami Site: Electrical Generator ship Banda Aceh Photo Source: Personal collection |
Right on 26 December 2014 is
the momentum of the Acehnese people in commemorating 10 years of the Tsunami . Still
fresh in our memory about the enormity of this disaster , but after 10 years
have passed , we have to see the future.
.
Work harder to build Aceh can be done by all parties , not only of the Government , the private sector such as small home industry will certainly be one of the sectors that deserve to be prioritized . Aceh had receive a lot of support from foreign donations in terms of community empowerment during post-tsunami, of course, we should appreciated that by working hard and diligently to create a sustainable society
Work harder to build Aceh can be done by all parties , not only of the Government , the private sector such as small home industry will certainly be one of the sectors that deserve to be prioritized . Aceh had receive a lot of support from foreign donations in terms of community empowerment during post-tsunami, of course, we should appreciated that by working hard and diligently to create a sustainable society
Model of Electrical Generator Ship Photo Source: Personal collection |
.
This is very
different from what happened in Japan after the 2011 earthquake and tsunami
that hit the Tohoku region (northern Japan) . It can be said that they receive
very little support from outside / foreign and rely more on resources from
their own country. Despite losing of their property
but the Japanese people are very patient, does not look explosive emotions, they
still retain cultural queued for various basic needs, even in any situation.
Tsunami Tourism Site
In Banda Aceh
there are a few tsunami sites which attracted tourists both local and foreign
to visit. Such as Floating Ship on the roof top in Lampulo , Electrical
Generator ship in Punge , Tsunami Museum , etc. .
In other countries, there is
not much site regarding on Tsunami memorial site or building. If we compare with Japan, after
the earthquake and tsunami after 2011, it can be said there is no more building
or the remnants of the disaster that made as memorial. Due to the basic of
Japanese culture which is a bit sentimental and have a deep impression of a
thing and did not want to remember it again if these considered as unfavorable
things.
![]() |
Kyotokumaru Photo source:AFP |
For example , in
the port town named Kesennuma , there
was a large ship with 330 tons “Kyotokumaru” is slightly smaller than the Electrical
Generator ship in Punge , but what happened ? At first, there were pros and
cons between those who wish to keep it to be one proof of the tsunami and
others who feel sad (because every time they see the ship will remind them of the
missing relatives).
To make a decision, the local government of Kesennuma city arranges a referendum among citizens of the city, and the results can already guess where the majority (almost 70 %) of community wanted that the big ship for demolish.
.
Indeed, many parties who deplore the decision of Kesennuma city residents, but for them life must go on, although there is no remnants of the disaster that can be used as a warning for future generations, which might be thought that the huge tsunami it just a fairy tale sheer.
Indeed, many parties who deplore the decision of Kesennuma city residents, but for them life must go on, although there is no remnants of the disaster that can be used as a warning for future generations, which might be thought that the huge tsunami it just a fairy tale sheer.
Tsunami Site: Electrical Generator ship Photo Source: Personal collection |
We should feel
lucky living in Aceh, where
there are a lot of memorials that can give
lessons for the next generations and of
course the tsunami sites need to be maintained
and kept together.
For example: 2,600 tons Electrical
Generator ship belongs to PT PLN (National Electrical Company) was initially
brought to Banda
Aceh to support the electricity supply in Banda
Aceh by 10, 5
Megawatts. Due to the conflict in Aceh,
there were so many towers of electricity broken and power supply is interrupted. This Ship which has 1,900 square
meters and 63 meters
length had swept
away around 5 km from the Ulele coast to Punge Blang Cut village in Banda Aceh. Until now Electrical Generator ship still in the city center and used as tsunami memorial.
away around 5 km from the Ulele coast to Punge Blang Cut village in Banda Aceh. Until now Electrical Generator ship still in the city center and used as tsunami memorial.
Visitor Electrical Generation Ship Photo Source: Personal collection |
Even this Electrical Generator ship exposed to the brunt of the tsunami waves, the ship still in a good shape. Banda Aceh city government make 2 hectares educational park around this site. This educational park is equipped with tsunami information records following by photographs are captured when the disaster happened. Bridges were also built so that visitors can enjoy sightseeing from all sides.
Not far from the Electrical Generator ship, there is
an inscription as
high as 2.5 meters. Inscription
round shaped clock that shows the time clock
07.55WIB, right when
tsunami waves struck
Aceh. In miniature
tsunamis are also
embossed image and the shape of a house which was swept away by the tsunami.
Inscription bridge and round the clock monument view from electrical generator ship Photo Source: Personal collection |
Visiting hour Photo Source: Personal collection |
Sunday 27 April 2014
Adakah Mesjid di kota Banda Aceh?
![]() |
Kubah Mesjid Raya Baiturrahman dilihat dari arah Taman Sari Sumber foto: Koleksi Pribadi |
Kota Banda Aceh
yang terletak di paling barat Indonesia merupakan ibukota dari propinsi Aceh.
Sejak jaman dahulu kota Banda Aceh sudah
ramai dikunjungi oleh para pedagang dari seluruh dunia. Setelah periode
anemisme, propinsi Aceh dipengaruhi oleh
budaya Hindu yang masih dapat dilihat dari beberapa situs di Aceh Besar serta
dari kebiasaan kebiasaan masyarakat yang masih tertinggal hingga kini. Setelah
periode ini, maka masuklah periode dimana agama Islam masuk ke wilayah ini.
Pada mulanya, arsitektur mesjid-mesjid di Aceh masih mempertahankan arsitektur
Aceh kuno yang sangat dekat dengan kebudayaan Hindu, namun seiring berjalannya
waktu, saat ini arsitektur kuno tersebut sudah sangat jarang sekali ditemukan.
Arsitektur mesjid di Aceh lebih banyak dipengaruhi oleh Arsitektur timur
tengah, maupun juga perpaduan diantaranya. Disamping itu juga muncul beberapa
mesjid yang bertemakan bangunan-bangunan modern.
Berikut penulis
akan mencoba mengulas beberapa Mesjid yang berada di kota Banda Aceh.
Mesjid Raya Baiturrahman
Mesjid yang
terletak di pusat kota Banda Aceh ini pada mulanya memiliki desain khas Aceh
kuno, namun setelah mengalami kerusakan parah akibat perang melawan Belanda,
pihak Belanda mencoba mengambil hati rakyat Aceh dengan membangun kembali
mesjid ini dengan Arsitektur yang baru.
Mesjid ini telah mengalami beberapa kali perluasan dari bangunan dasarnya yang berukuran 537,91 m2 menjadi 4.760 m2 dapat menampung hingga 9000 jama'ah. Dari mesjid berkubah satu yang dibangun pemerintah Belanda di tahun 1879-1883 Hingga kini memiliki tujuh kubah, dan empat menara.dan satu menara induk. Ruangan dalamnya yang dilapisi lantai marmer, buatan Italia. Membuat sejuk dan betah berlama-lama ketika berada di dalam mesjid.
Tampak samping Mesjid Raya Baiturrahman 1881 Sumber foto: google |
Tower Mesjid Raya Baiturrahman Sumber foto: Koleksi pribadi |
Mesjid Raya Baiturrahman di malam hari Sumber foto: Koleksi pribadi |
Mesjid Al Makmur
Mesjid Al Makmur
yang berlokasi di desa lamprit ini telah berdiri sejak 1979 namun mesjid ini sempat rusak parah pada Desember 2014 karena dihantam oleh gempa dan tsunami yang
dahsyat. Kemudian Pemerintah Oman memberikan bantuan untuk kembali membangun
mesjid ini dengan lebih megah dan bergaya timur tengah, sehingga terkadang ada
yang menyebutkan nama lain bagi Mesjid ini yaitu Mesjid Oman.
Mesjid Al-Makmur Lamprit Sumber foto: Koleksi pribadi |
Mesjid Baitul Musyahadah
Mesjid ini
terletak di desa Geuceu Kaye Jato, kecamatan Banda Raya, arsitekturnya yang
unik dan cukup menarik untuk disaksikan. Mesjid ini juga dikenal dengan nama
Mesjid Teuku Umar atau Mesjid Meukeutop, dikarenakan bentuk kubahnya yang mengadopsi bentuk kopiah
khas Aceh yang biasa dipakai oleh Teuku Umar dalam berperang melawan tentara
Belanda. Dahulu lahan Mesjid ini bmerupakan Taman Ghairah atau taman tempat bermain anak muda pada masa Kerajaan Iskandar Muda.
Tampak Kubah Mesjid Teuku Umar yang menyerupai kopiah khas Aceh Sumber foto: Koleksi pribadi |
Sisi lain dari Mesjid Baitul Musyahadah Sumber foto: Koleksi pribadi |
Mesjid Besar Pahlawan
Mesjid ini
terletak di desa Ateuk Pahlawan, persis di depan Taman Makam Pahlawan – Banda
Aceh. Sejak awal dibangun, mesjid ini sudah bergaya arsitektur timur tengah.
Posisinya yang cukup strategis membuat mesjid ini cukup ramai dikunjungi oleh
umat muslim baik siang atau malam hari.
Mesjid Besar Pahlawan Sumber foto: Koleksi pribadi |
Mesjid Peunayong
Mesjid ini
berdampingan dengan pasar Peunayong – Banda aceh, biasa digunakan oleh para
pedagang di pasar peunayong untuk beribadah. Letaknya yang berada di pinggir
sungai Krueng Aceh menambah komposisi keindahan dari mesjid ini.![]() |
Mesjid Peunayong Sumber foto: Koleksi pribadi |
Suasana di Sekitar Mesjid Peunayong Sumber foto: Koleksi pribadi |
Mesjid Baiturrahim
Mesjid ini terletak di desa Ulee Lheue, Meuraxa. Dibangun oleh Teuku Teungoh yaitu ulee balang kemukiman Meuraxa pada tahun 1343 H telah mengalami beberapa kali renovasi. Pernah rusak parah ketika diterjang tsunami namun sekarang telah bisa dipergunakan kembali.
![]() |
Mesjid Baiturrahim dari masa ke masa Sumber foto: http// kebudayaa.kemdikbud.go.id |
Mesjid ini terletak Peulanggahan, Meuraxa. Peulanggahan sendiri berasal dari kata persinggahan, karena dahulu tempat ini merupakan tempat persingahan bagi mereka yang menuntut ilmu. Pada mulanya mesjid ini berkontruksi dari kayu namun hancur diterjang tsunami dan menyisakan pondasinya saja.Kini telah dibangun mesjid baru dengan kontruksi beton namun tetap mengikuti arsitektur traditional Aceh sebagaimana bentuk Mesjid Teungku dianjong sebelumnya.
![]() |
Mesjid Teungku Dianjong dengan kontruksi kayu Sumber foto: http// kebudayaa.kemdikbud.go.id |
Mesjid ini pada mulanya dibangun sebagai tempat belajar(dayah/pesantren) yang didirikan oleh Teungku Dianjong pada tahun 1769 M. Setelah kemerdekaan RI masyarakat setempat mulai menggunakan bangunan ini sebagai mesjid. Pada tahun 1982 setelah dipugar sebelumnya dayah ini diresmikan penggunaannya sebagai mesjid
![]() |
Mesjid Teungku Dianjong kini Sumber foto:http://suarakomunikasi.com |
Monday 14 April 2014
Kapal PLTD Apung, Banda Aceh Vs Kyokotomaru, Jepang
Tepat pada tanggal 26 desember 2014 nanti merupakan momentum bagi masyarakat Aceh dalam memperingati 10 tahun tsunami. Tentu masih segar dalam ingatan kita tentang dahsyatnya bencana ini, namun setelah 10 tahun berlalu, sudah selayaknya kita menatap masa depan dan terus berpikir positif.
Bekerja lebih giat dalam membangun bangsa Aceh dapat dilakukan oleh semua
pihak, tidak hanya dari Pemerintah semata, sektor swasta yang berbasis
masyarakat atau lebih dikenal dengan small
home industry tentunya akan menjadi salah satu sektor yang layak untuk
diprioritaskan. Berapa banyak sudah bantuan baik dari Pemerintah maupun dari
sumbangan pihak asing dalam hal pemberdayaan masyarakat pasca tsunami yang
diterima oleh rakyat Aceh, tentunya ucapan terima kasih dapat diapresiasikan
salah satunya dengan bekerja lebih keras dan giat untuk menciptakan masyarakat
yang sustainable.
Hal ini tentunya sangat berbeda dengan yang terjadi di Jepang pasca gempa
dan tsunami 2011 yang melanda daerah Tohoku (utara Jepang). Dimana dapat
dikatakan bahwa mereka sangat sedikit sekali menerima bantuan dari luar/asing
dan lebih mengandalkan resource dari
dalam negeri mereka sendiri. Walaupun sudah kehilangan harta benda namun
masyarakat Jepang sangat sabar, tidak terlihat emosi yang meledak-ledak, mereka
tetap mempertahankan budaya antri berbagai kebutuhan pokok, bahkan di keadaan
sesulit apapun.
Wisata Tsunami
Di Banda Aceh terdapat beberapa situs tsunami yang cukup mengundang
keinginan para wisatawan baik lokal maupun manca negara untuk berkunjung.
Seperti Kapal diatas rumah di Lampulo, Kapal Apung di Punge, Museum
Tsunami, dll.
Hal ini terjadi karena sangat kurangnya situs-situs tsunami yang terpelihara dengan
baik dan dijadikan memorial oleh negara-negara
lain. Jika kita membandingkan dengan Jepang, dimana pasca gempa dan tsunami
2011, dapat dikatakan sudah tidak ada lagi bangunan atau sisa-sisa dari bencana
tersebut yang dijadikan memorial. Dikarenakan oleh dasar budaya Jepang
yang agak sedikit sentimentil dan memiliki kesan mendalam terhadap suatu hal
dan tidak ingin mengenangnya lagi jika kejadian tersebut dianggap kurang baik.
Sebagai
contoh, disebuah kota pelabuhan yang bernama Kesennuma, disana terdapat sebuah
kapal besar Kyotokumaru dengan bobot 330 ton yang sedikit lebih kecil dari PLTD
Apung, namun apa yang terjadi? Pada awalnya masih terdapat pro dan kontra
antara pihak yang ingin menyimpannya menjadi salah satu bukti kedahsyatan
tsunami dan pihak lain yang merasa sedih, karena setiap melihat kapal tersebut
akan mengingatkan mereka terhadap sanak keluarganya yang hilang.
Untuk
mengambil keputusan, pemerintah kota Kesennuma melakukan voting/jejak pendapat
yang diikuti oleh seluruh warga kota, dan hasilnyapun sudah dapat ditebak
dimana mayoritas (hampir 70%) masyarakat memnginginkan agar kapal besar itu
untuk di demolish.
Memang banyak sekali pihak yang menyayangkan hasil keputusan warga kota
Kesennuma, namun bagi mereka hidup haruslah terus berjalan dengan menatap masa
depan, walaupun tidak ada lagi sisa-sisa bencana yang dapat dijadikan
peringatan bagi generasi mendatang, yang mungkin dapat berpikir bahwa tsunami besar itu hanyalah dongeng belaka.
Maka beruntunglah kita yang tinggal di Aceh, dimana masih terdapat banyak
sekali memorial yang dapat memberi pelajaran kepada para penerus bangsa dan
tentu saja situs –situs tsunami tersebut perlu dirawat dan dijaga bersama-sama.
Maket Kapal PLTD Apung Sumber foto:Koleksi pribadi |
Seperti Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Apung,
kapal seberat 2.600 ton milik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) awalnya didatangkan ke Banda Aceh guna memenuhi pasokan listrik di Banda Aceh sebesar 10, 5 Megawatt. Dikarenakan sewaktu terjadi konflik di Aceh banyak menara listrik PLN yang dirobohkan menyebabkan pasokan listrik terganggu.
Kapal yang memiliki luas 1.900 meter persegi dan panjang 63 meter ini terseret gelombang tsu
nami dari Pantai Ulee Lheue sejauh 5 km dan terdampar di Gampong Punge Blang Cut Kota Banda Aceh. Hingga kini PLTD apung tetap berada di tengah kota dan dijadikan monumen peringatan tsunami.
Kapal PLTD apung ini meski terkena terjangan ombak tsunami, kapal ini tetap utuh dan masih berbentuk seperti kapal besar pada umumnya
Untuk menunjang PLTD apung sebagai monumen tsunami, pemerintah provinsi Aceh membuat taman edukasi di sekitar PLTD apung seluas 2 hektare. Taman edukasi ini dilengkapi dengan catatan-catatan informasi tsunami berikut foto-foto yang diabadikan saat bencana itu terjadi. Jembatan-jembatan juga dibangun agar pengunjung dapat menikmati wisata di PLTD Apung dari segala sisi.
Tidak jauh dari PLTD, terdapat sebuah prasasti setinggi 2,5 meter. Prasasti berbentuk jam bundar itu menunjukkan waktu jam 07.55WIB, tepat ketika gelombang tsunami menerjang Aceh. Pada miniatur gelombang tsunami juga terdapat gambar timbul berbentuk rumah dan orang hanyut tersapu tsunami.
PLTD Apung Sumber foto: Koleksi pribadi |
Pengunjung PLTD Apung Sumber foto: Koleksi pribadi |
nami dari Pantai Ulee Lheue sejauh 5 km dan terdampar di Gampong Punge Blang Cut Kota Banda Aceh. Hingga kini PLTD apung tetap berada di tengah kota dan dijadikan monumen peringatan tsunami.
Kapal PLTD apung ini meski terkena terjangan ombak tsunami, kapal ini tetap utuh dan masih berbentuk seperti kapal besar pada umumnya
Untuk menunjang PLTD apung sebagai monumen tsunami, pemerintah provinsi Aceh membuat taman edukasi di sekitar PLTD apung seluas 2 hektare. Taman edukasi ini dilengkapi dengan catatan-catatan informasi tsunami berikut foto-foto yang diabadikan saat bencana itu terjadi. Jembatan-jembatan juga dibangun agar pengunjung dapat menikmati wisata di PLTD Apung dari segala sisi.
Jembatan dan Prasasti jam bundar di lihat dari kapal apung Sumber foto: koleksi pribadi |
Tidak jauh dari PLTD, terdapat sebuah prasasti setinggi 2,5 meter. Prasasti berbentuk jam bundar itu menunjukkan waktu jam 07.55WIB, tepat ketika gelombang tsunami menerjang Aceh. Pada miniatur gelombang tsunami juga terdapat gambar timbul berbentuk rumah dan orang hanyut tersapu tsunami.
Wisatawan lokal sedang berfoto di prasasti jam bundar Sumber foto: Koleksi pribadi |
Jam berkunjung PLTD Apung Sumber Foto: Koleksi pribadi |
Subscribe to:
Posts (Atom)
Pesta semakin Meriah dengan White Bounce house Inflatable Bubble House Tent
Pesta identik dengan perayaan, baik itu pernikahan maupun acara ulang tahun. Tujuan diadakan pesta biasanya agar semua keluarga, teman...

-
Tanggal 27 Juli 2015 atau hari Senin kemarin menjadi hari yang tak terlupakan buat aku dan penduduk di kampungku (pemukiman tempat tingga...
-
Masyarakat desa seringkali mengalami kesulitan dalam meningkatkan pendapatan mereka. Terkadang, peluang kerja yang tersedia sangat terbatas,...
-
Film yang membahas mengenai perempuan sebagai tokoh utama semakin banyak diminati oleh penonton di seluruh dunia. Film-film tersebu...