Antalogi puisiku yang pertama |
Antologi cerpenku yang pertama |
Dua puisi sederhanaku ada disini |
Buku antalogi puisiku yang kedua |
Buku antologi pertamaku bersama para blogger |
buku antologiku bersama para blogger sumber foto |
Antalogi puisiku yang pertama |
Antologi cerpenku yang pertama |
Dua puisi sederhanaku ada disini |
Buku antalogi puisiku yang kedua |
Buku antologi pertamaku bersama para blogger |
buku antologiku bersama para blogger sumber foto |
Poster stiletto shocking sale |
Poster Stilletto book Club |
buku incaranku yang pertama |
Kalau ingat keajaiban sedekah, aku jadi teringat pengalamanku
sendiri ketika mencari Jodoh. Memang sedekah itu bukan suatu penyelesaian
masalah dalam hal mencari jodoh. Tapi, dengan bersedekah selain juga dengan
terus berusaha dan berdoa, ternyata mempermudah langkahku bertemu jodoh.
*****
Genap, dua tujuh usiaku saat itu usia yang matang untuk menikah.
Ada suatu kejadian di masa lalu, yang sedikit membuat trauma dan males
berurusan dengan makhluk yang bernama cowok apalagi kalau kudu main
perasaan-perasaaan segala.
Satu persatu sahabatku menemukan pasangan hidupnya, membuatku
tersadar untuk segera move on. Berpacu dengan umur, belajar dari
pengalaman masa lalu, untuk lebih berhati-hati menentukan pilihan hati.
“Di tempat kerjamu orang laki-lakinya banyak, apa tidak ada satu yang kena di hati? Kamu terlalu milih-milih jodoh. Lihat kawan-kawanmu sudah menikah semua. Kamu kapan?”
Pertanyaan yang sering kudengar akhir-akhir ini. Baik itu dari orang tua, saudara bahkan teman-teman. Ada yang bersimpati, dengan menawarkan kenalannya yang masih lajang. Ada juga yang hanya menyalahkan. "Gelisahku karena lingkungan. Mencari jodohkan tak semudah membalik telapak tangan. Haruskah kumenerima siapa saja yang datang demi mengejar gelar istri?
****
Berbagai cara sudah kuterapkan dalam mencari jodoh. Dari baca
buku, berdoa, travelling. Bahkan aku yang paling cuek dengan penampilan
sekarang mulai rajin membersihkan wajah dan melakukan perawatan ini dan itu.
Sungguh suatu keajaiban tapi belum juga ada tanda-tanda bertemu jodohku.
Aku tetap berbaik sangka dan terus memperbaiki diri. Menemukan jodoh ternyata seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami...
Harapanku akan jodoh sebenarnya sederhana sekali. Aku ingin menikah dengan orang yang bisa membuatku tertawa, sesedih apapun aku.
Membuatku merasa cantik, sejelek apapun aku. Dan membuatku merasa
kaya semiskin apapun aku.
Membuatku merasa sehat sesakit apapun aku.Dan Berjanji tak akan
menyakiti aku baik lahir maupun batin.
Dan dari segi penampilan suamiku itu harus menenangkan hati ketika
kulihat. Suaranya harus bagus jadi aku tak akan bosan mendengar jika dia
menasehati. Satu lagi dia harus pandai mengaji dan wawasannya luas.
Yaa, mungkin kriteriaku terlalu tinggi, dan mungkin aku juga nggak sadar diri. Pasang kriteria yang terlalu muluk, tapi aku yakin Allah itu maha pemberi dan tak ada yang tidak mungkin, jika Dia berkehendak.
Untuk mengisi hati yang kosong aku jadi sering mengikuti berbagai siraman rohani.
"Membeli jodoh dengan sedekah" Judul ceramah saat
itu sangat mengena di hati sesuai sekali dengan keadaanku.
Yaa sedekah itu ikhtiarku yang kurang. Kenapa tak terpikir dari dulu. Semangatku bangkit lagi. Aku jadi rajin bersedekah. Setiap pengemis yang datang pasti kuberi uang. Dan apabila pergi ke mesjid, tak lupa kumampir di kotak sumbangan.
Sekedar memberi infaq, bila
biasanya cuma seribu kali ini infaq kutingkatkan nominalnya. Disertai doa yang
tak henti di tahajud malamku berserta kriteria jodohku nanti.
**&&&**
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Kerjaan yang menumpuk
membuatku sedikit lupa masalah jodoh. Kontrak kerjaku hampir habis, semua
pekerjaan harus segera diselesaikan.
Stress melanda, mukaku yang biasa mulus kini berhiaskan jerawat. Cukup membuat kesan merona di kedua pipiku.
Pose kepaksa waktu jerawatan |
Seorang teman lama menelepon. Dulu aku pernah meminta untuk mencarikan jodoh padanya. Dan hari ini dia menelepon karena ada temannya yang mau kenalan denganku.
Malu, nggak pede dan lagi banyak kerjaan pada saat itu. Membuatku
menolak tawaran itu, tapi teman lamaku memberi alternatif jalan agar kami bisa
kenalan, melalui yahoo messengger.
Setelah saling meng-add akun ym. Singkat kata, kami mulai bertukar
nomor hape dan juga akun friendster. Foto profilnya biasa saja, tak ada getar
ketika melihatnya. Suka mendaki gunung, lulusan telekomunikasi. Lumayan dari
segi tampang. Sepertinya orang yang menyenangkan. Terlihat dari
komentar-komentar temannya difriendster.
****
Hari ini kami akan kopi darat. Setelah seminggu berkomunikasi
lewat ym. Aku tidak mau buang-buang energi dari perkenalan ini. Sejak awal
sudah kutegaskan, mencari suami bukan pacar.
Sengajaku membawa buku untuk menutupi wajah. Setidaknya jika
dia tidak serius mencariku. Mukaku bisa kututup buku agar tidak ketahuan
kalau aku sudah ada di situ.
"Seperti ada angin yang berhembus ketika dia
berjalan.Walau ini pertama kali bertemu, tapi terasa sudah lama sekali
kumengenalnya. Perasaan yang tak pernah kurasakan sebelumnya dengan
lelaki mana pun sebelumnya."
Dan hanya hitungan minggu saja kami sudah saling bertemu
keluarga. Dia begitu sesuai dengan doa yang kupanjatkan selama ini. Baik dari
segi sifat maupun penampilan.
Ini pasti jawaban doaku. Doa yang diiringi dengan iktiar dan
sedekah yang membuatku akhirnya bertemu jodoh.Tahun ini tanpa terasa
sudah enam tahun kami menjadi suami istri sejak saat itu.
Foto Keluarga di perayaan enam tahun pernikahan kami |
klik tulisan link |
penampakan virus imut di FB |
Siapa yang suka ngerawat wajah saja, tapi suka lupa ngerawat badan?” Jangan… Dek yaa, segera tobat kalau nggak mau penuaan dini. Sejatinya ...