Sunday 22 October 2023

Empat My Support System di Dunia

 

Yeah udah masuk hari keempat menulis 1000 kata, kali ini tema yang harus ditulis mengenai support sytem. Setiap blogger pasti punya support system masing-masing.

Support system utamaku di dunia blogger adalah suamiku.

Dari pertama kali aku terjun ke dunia blogger, suamiku yang memegang peranan penting untuk mulai ngeblog. Dia yang mendorongku untuk menulis di blog. Dia yang memotivasiku untuk terus menulis, menulis apa saja dan jadikan itu kebiasaan yang bagus.

Suamiku dulu juga punya blog, nggak tau blog berbayar atau tidak, yang pasti sudah pernah mendapat surat cinta dari google blognya.  Sekarang karena kesibukan di dunia nyata akhirnya dia tidak pernah ngeblog lagi, tapi blog gratisannya masih ada di wordpress. tunis23.wordpress.com

Ngeblog itu tidak sesederhana kelihatannya,  hanya menulis dan menayangkan tulisan di blog. Ada proses menulis yang juga memakan banyak waktu, apalagi kalau mood lagi not good. Ide-ide pada mampet. Belum lagi aktivitas sebagai ibu rumah tangga dengan anak tiga dan si bungsu yang  special need children yang lumayan menguras tenaga.

Apalagi ketika deadline datang, baik itu deadline blogwalking maupun deadline menulis. Perlu keluasan hati pasangan untuk mengambil alih tugas rumah tangga yang belum terselesaikan seperti menjaga si bungsu, mengajak dia bermain, mengontrol si bungsu ke toilet secara teratur, menyikat giginya, menidurkannya

Setiap malam ketika deadline tiba, suami akan melakukan peran itu, karena jika tidak aku akan keteteran. Aku rasa setiap blogger sukses pasti memiliki pasangan yang hebat yang mengerti keadaannya dan mendukung mereka walau ketika mereka sedang lelah. Begitulah komitmen tidak tertulis menjadi pasangan seorang blogger.

Harus siap ketika pasangannya sibuk di depan laptop. Dicuekin, diminta pengertiannya kalau sampai larut malam bahkan pagi menjelang shubuh masih di depan laptop bermain dengan tuts-tuts keyboard, karena ide terkadang sangat lancer ketika deadline tiba atau ketika larut malam ketika para bocah sudah terlelap dalam tidurnya.

Sejauh ini, tidak ada masalah yang serius  selama aku menekuni dunia blogger, kecuali ketika deadline tiba jangan ganggu bisa jadi sangat cerewet dan sangat galak, karena ini menyangkut komitmen yang harus diselesaikan.

Masalah piring kotor, cucian numpuk dan setrikaan menggunung itu bisa dilakukan setelah deadline selesai. Karena sesungguhnya ada kepuasan tersendiri ketika satu tulisan selesai dibuat tanpa revisi, dan ini bersinergi membuat hati lebih happy dan tenang.

Otomatis pekerjaan rumah tangga jadi lebih ringan juga dilakukan karena hati sudah tenang, makanya aku sangat berat meninggalkan dunia ngeblog atau menulis karena ini seperti terapi jiwa bagiku.

Seperti sekarang sebenarnya kehidupan nyata lagi sedikit berantakan, hampir tiap hari selama hampir dua bulan setiap teringat  kejadian itu membuatku selalu menangis.  Tidak ada yang mengerti yang aku rasakan, karena tidak berada di posisiku dan aku juga tidak pandai bercerita secara detail runut sehingga mereka tidak mengerti. Kebiasaan menulis alur maju mundur dan diterapkan di dunia nyata ternyata membuat banyak orang bingung.

Ngeblog pelarian paling nyaman yang bisa aku lakukan selain berdoa dan berusaha dan Alhamdulillah suamiku sangat mendukung aku ngeblog kembali daripada lihat istrinya melamun, tiba-tiba nangis sendiri.

Suamiku tahu semua masalahku, tapi karena aku  tipikal orang yang suka mendam sendiri masalah kecuali udah berat banget baru cerita, itupun tidak semua emosi tersampaikan, oleh karenya aku sangat butuh untuk ngeblog untuk terapi jiwa kalau bisa rutin karena ini sangat menenangkan.

Support system kedua

Support system kedua adalah anak-anakku, Alhamdulillah mereka pelipur lara, Si bungsu anak surgaku dia sangat penyayang dia akan sering memelukku baik aku senang maupun sedih.

Seringkali mereka inspirasiku menulis, seperti permasalah kesehatan yang anak-anakku hadapi dan bagaimana pengobatan yang mereka lalui.

Berkat mereka juga aku punya banyak kenalan baru dari berbagai kota yang memiliki permasalah kesehatan yang sama dengan anak mereka microsefali.

Anak sulung dan anak keduaku juga sering membantu pekerjaan rumah tangga dengan  mengajak bermain si bungsu, seperti sekarang ini. Bantuan dari kedua anakku sangat berarti apalagi ketika aku merasa kelelahan. Mereka akan bergantian kuminta tolong mengawasi adekknya  terutama ketika suami tidak ada di rumah.

Si bungsu yang hobi manjat apapun, yang gerakan cepat seperti flash Gordon tidak boleh sedikitpun lengah dalam menjaganya, Ada saja kelakuannya. Seperti beberapa hari lalu aku sempat shock ketika mendapati si bungsu sendirian bermain di dalam mesin cuci yang masih tercolok listrik. Untungnya tidak terjadi apa-apa.

 Support system Ketiga

Support system yang ketiga adalah orang tua, aku ingin mereka bangga memiliki anak sepertiku. Aku sering meminta mereka untuk mendoakanku agar mudah rezeki agar bisa membuat mereka bahagia. Semoga Allah selalu menjaga mereka meski aku jarang bisa mengunjungi.

Support System Keempat

Support system yang keempat adalah teman-temanku. Meraka tempatku bertukar pikiran, tempat aku wawancara dadakan ketika aku kekurangan respondent,  tempat berbagi tawa dan canda. Terkadang aku berpikir rezeki terbesarku bukanlah harta melainkan memiliki teman-teman yang baik.

Tema-teman yang baik yang apa adanya dan bukan ada apanya. Teman yang selalu berkata benar tapi tidak selalu membenarkan kata-kataku. Teman yang meski semua memiliki kesibukan tersendiri namun menyempatkan diri menanyakan kabarku.

Teman yang meski dia sedang susah tetap berusaha menolong, membantu sebisa mungkin semua permasalahan yang sedang aku hadapi. Alhamdulillah … Alhamdulillah…Alhamdulillah nikmat manakah yang akan aku dustakan.

Empat support sytem yang kumiliki tidak hanya di dunia blogging tapi juga di dunia nyata Insya Allah selamanya akan seperti itu.

Ketika mengingat hal ini aku tak henti mengucap syukur, karena di luar sana berapa banyak suami yang bisa memahami istrinya, memberi kesempatan agar istrinya maju dan berkembang.

Di luar sana berapa banyak anak yang protes kesibukan orang tuanya, merengek ini itu tanpa henti, tanpa mau memahami apa yang sedang orangtuanya hadapi, mereka hanya menuntut tanpa mau mengerti Alhamdulillah anak-anakku , anak yang manis meski mereka banyak bertanya dan membuatku kewalahan untuk menjawab yang membuktikan mereka anak cerdas.

Orangtua yang baik yang tidak banyak menuntut, di luar sana berapa banyak orang tua yang mengutuk anaknya. Di luar sana berapa banyak orangtua yang menyesal melahirkan anaknya. Diluar sana berapa banyak orangtua yang hanya mengharap uang anaknya. Di luar sana berapa banyak orang tua yang masih mendoakan anaknya.

Teman-teman yang baik, di luar sana berapa banyak orang yang merasa kesepian karena tidak memiliki teman. Di luar sana berapa banyak orang yang memiliki teman tapi menikam dari belakang. Di luar sana berapa orang yang mengaku sahabat tapi membuka aib sahabatnya. Di luar sana berapa banyak sahabat yang menjadi musuh.



No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah Berkunjung. Please tinggalkan jejak biar kenal

Kumon Bangun Kemandirian Belajar Anak Dengan Teknologi

Dunia terus mengalami perubahan, dulu orang harus ke bank untuk mengambil uang, orang harus ke pasar untuk mendapatkan sayuran dan sebagainy...