Menjadi
istri shaleha tentu saja cita-cita semua
wanita yang hendak menikah atau sudah
menikah. Mempunyai istri shaleha adalah idaman para lelaki khususnya yang akan
dan sudah memiliki gelar sebagai suami karena merupakan perhiasan tak terhingga
di dunia.
Memang
kriteria istri ideal banyak sekali diantaranya, bagus agamanya, baik akhlaknya, lembut, cantik rupanya, pandai,
teguh pendiriannya, luas hatinya, besar kesabarannya dan masih banyak lagi.
Namun
menjadi istri yang layak dicintai seperti Khadijah istri baginda rasulullah
tentu saja tidak semudah membalikan telapak tangan. Banyak ilmu, sifat sabar dan ikhlas yang harus tertanam di
dalam jiwa seorang istri.
Karena
istri shaleha memahami dasar dan tujuan
berumah tangga dengan berladaskan agama
sehingga dia mampu menciptakan kebahagiaan hakiki dalam bahtera rumah tangga
bersama suami.
Banyak
hadis yang membahas mengenai kriteria istri sholeha diantaranya:
”Dunia
adalah perhiasan dan sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah istri yang shaleha.”
(HR.Muslim) .
“Siapakah
istri yang paling baik ya Rasul?”Rasuullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam
menjawab, “Yang membahagiakan suami ketika dipandang, yang mematuhi suami
ketika diperintah, dan tidak menyakiti hati suami atas apa yang ada di dalam
dirinya atau hartanya dengan sesuatu yang dibenci suami (HR. al-Nasa’I dan
Hakim)
Jelas dari
dua hadis diatas jika dijabarkan maka istri shaleha adalah orang yang
agamanya bagus. Karena jika pemahaman agamanya baik, Insya Allah yang
lainnya akan baik juga. Dia akan menjadi pribadi yang menyenangkan, dan terus
menuntun ilmu karena sadar fungsinya
sebagai istri sekaligus madrasah pertama bagi anak-anaknya kelak.
Seorang
istri shaleha dia
paham kapan dia harus memainkan peran sebagai istri, teman, kawan,
sahabat, dan ibu. Setidaknya itu garis
besar teori-teori yang saya baca mengenai bagaimana menjadi kriteria
menjadi istri idaman.
Prakteknya
lebih sulit daripada sekedar membaca teori saja. Perbedaan kepentingan,
sifat, hobi dan sudut pandang kadang
membuat konflik kecil diantara kami. Ingin rasanya seperti teori-teori di buku.
Seperti
teori menyambut suami dengan wajah berseri, muka menyenangkan ketika dia pulang
bekerja. Nah ketika saya mempraktekan hal ini di rumah suami malah jadi
bingung, mama kenapa kok senyum-senyum?”
Akhirnya
saya mengambil kesimpulan jika menjadi istri shaleha pada prakteknya harus
fleksibel, jika suami memang bukan tipe yang peka terhadap hal-hal kecil yang
kecil yang kita lakukan untuk menyenangkannya lebih baik yaa tidak kita
paksakan daripada nanti menimbulkan kebingungan dan yang lebih parah jika
akhirnya malah memicu pertengkaran.
Kunci menjadi
istri shaleha adalah pandai berkomunikasi, Seringkali seorang istri ingin
terlihat sempurna di mata suami yang
terkadang malah jadi kelihatan konyol. Seorang istri terkadang sering memedam
masalah dan perasaannya sendiri padahal hal ini jika dibiarkan akan menjadi bom
waktu dan berbahaya karena akan meledak sewaktu-waktu.
Tidak
terlalu tinggi menaruh harapan pada suami juga itu salah satu tips supaya kita
tetap bisa bersikap manis pada suami. "Mencintai suami apa adanya bukan
karena ada apanya, memperlakukan dia layaknya manusia biasa sehingga apabila
dia melakukan kesalahan rasa kecewa yang kita rasa juga sewajarnya tidak
berlebihan.
Sampai
hari ini dan detik saya masih terus belajar menjadi istri shaleha, terus
membaca, belajar dan terus memperbaiki diri tentu
saja itu suatu keharusan. Agar komunikasi terjalin baik kami selalu memperkuat visi dan misi kami dalam berumah tangga.